Larangan Game Roblox, Pengamat Sebut Tak Cukup Lindungi Anak

Larangan Game Roblox, Pengamat Sebut Tak Cukup Lindungi Anak

Muhammad Aminudin - detikJatim
Kamis, 07 Agu 2025 22:00 WIB
Roblox
Ilustrasi roblox (Foto: jeugdjournaal)
Malang -

Polemik larangan game Roblox oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menuai beragam tanggapan dari berbagai pihak. Salah satunya datang dari Pengamat Pendidikan Universitas Brawijaya (UB), Aulia Luqman Aziz, yang menilai bahwa pelarangan semata tidak cukup untuk melindungi anak dari dampak negatif teknologi digital.

Menurut Aulia, setiap kemunculan teknologi baru selalu membawa dampak positif dan negatif, tergantung pada cara penggunaannya.

"Kalau berbicara dampak game, sebenarnya sejak teknologi terbaru muncul, akan selalu ada plus dan minusnya. Dulu, ancamannya adalah televisi dan berbagai tayangannya. Kemudian muncul internet," kata Aulia saat dikonfirmasi, Kamis (7/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang, game interaktif seperti Roblox. Maka sebenarnya secara umum tidak ada hal baru. Hanya saja bentuk ancaman atau barangnya berbeda mengikuti perkembangan zaman," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Ia menekankan bahwa kunci utama dalam menghadapi perkembangan teknologi digital, termasuk game online terletak pada pendidikan dan pengawasan dari orangtua di rumah.

"Menurut saya, boleh-boleh saja bermain game Roblox. Yang penting orangtua tidak abai terhadap isi permainannya. Misalnya, jika ada ungkapan jelek, maka orangtua harus memberi edukasi kepada anak," ujarnya.

Aulia juga menambahkan pentingnya penanaman nilai moral dan spiritual sebagai bentuk perlindungan dari dalam diri anak.

"Di samping itu, tentu orangtua perlu terus menanamkan pendidikan moral-spiritual kepada anak. Supaya anak memiliki benteng dalam dirinya. Dalam bahasa komputer, punya antivirus," tambahnya.

Termasuk potensi kekerasan, pelecehan, dan komunikasi terbuka antar pemain yang tidak terfilter.

"Yang penting orangtua tidak abai terhadap isi permainannya. Misalnya, jika ada ungkapan jelek, maka orangtua harus memberi edukasi kepada anak," tuturnya.

Aulia berharap kebijakan pemerintah dalam membatasi atau melarang konten digital tertentu tetap memperhatikan prinsip edukatif dan melibatkan peran aktif keluarga serta lembaga pendidikan.

"Di samping itu, tentu orangtua perlu terus menanamkan pendidikan moral-spiritual kepada anak. Supaya anak memiliki benteng dalam dirinya. Dalam bahasa komputer, punya antivirus," pungkasnya.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads