Pawai Budaya dan Sound Horeg di Jombang Tidak Dibubarkan, Ini Alasannya

Pawai Budaya dan Sound Horeg di Jombang Tidak Dibubarkan, Ini Alasannya

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Sabtu, 02 Agu 2025 20:30 WIB
awai budaya dan sound horeg di Desa Bandung, Diwek, Jombang
awai budaya dan sound horeg di Desa Bandung, Diwek, Jombang (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Jombang -

Pawai budaya di Desa Bandung, Diwek, Jombang menghadirkan 17 sound horeg. Acara tersebut berjalan tanpa dibubarkan polisi. Apa alasannya?

Pawai budaya menggunakan sound horeg ini digelar Pemerintah Desa Bandung sore tadi. Total 17 grup pawai budaya yang diiringi sound system berkapasitas besar tersebut.

"Saat ini ada 17 grup yang mengikuti karnaval siang ini," terang Kapolsek Diwek AKP Edy Widoyono kepada wartawan di lokasi, Sabtu (2/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Edy menjelaskan, polisi tidak akan membubarkan Bandung Carnival meski pawai budaya ini menghadirkan sound horeg. Sebab, telah ada kesepakatan antara Pemkab Jombang dengan paguyuban sound horeg terkait penggunaan sound system berkapasitas besar.

ADVERTISEMENT

Karnaval menggunakan sound horeg, lanjut Edy, bisa dilakukan sepanjang tidak melanggar kesepakatan. Antara lain penyelenggara wajib mengantongi izin kepolisian dengan rekomendasi kepala desa atau lurah.

Kemudian, kegiatan hanya boleh digelar di ruang terbuka dan jauh dari permukiman padat, batas suara maksimal 85 dB/10 menit, harus mendapat persetujuan warga setempat, serta dimensi maksimal sound system adalah lebar 3 meter dan tinggi 3,5 meter.

Kemudian batas waktu acara maksimal pukul 22.00 WIB, tidak disertai mabuk-mabukan, senjata tajam, atau perjudian, serta tidak merusak fasilitas umum.

"Untuk sementara ini tidak ada kesepakatan yang dilanggar. Polisi memberikan izin dengan syarat kesepakatan dipatuhi," tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Desa Bandung Anang Fauzi menjelaskan, Bandung Carnival diikuti 17 grup dari kelompok pemuda dan gabungan RT. Masing-masing kelompok menampilkan kebudayaan nusantara melalui tarian tradisonal, kostum dan teaterikal kerajaan.

Setiap grup diiringi sound horeg. Seperti peserta nomor urut 1 yang menampilkan tarian tradisional Banyuwangi. Peserta ini menari tepat menghadap sound system yang diangkut truk.

Penampilan hanya dibatasi 3 menit saja saat berada di depan panggung penjurian. Setelah itu, peserta melanjutkan jalan menuju garis finish sambil menyalakan sound system.

"Bandung Carnival Season 3 yaitu dalam rangka memeringati Hari Kemerdekaan ke-80. Acara ini diikuti warga Desa Bandung yang tergabung dalam 17 tim yang menampilkan tema keragaman budaya nusantara," ujarnya.

Meski menghadirkan sound system berkapasitas besar, Anang menyebut acara tersebut bukanlah pawai sound horeg. Sound system disewa pribadi oleh masing-masing peserta sebagai properti karnaval.

"Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan bahwa Bandung Carnival Season 3 bukan karnaval sound horeg. Ini adalah pawai budaya yang didalamnya memuat keragaman budaya nusantara," terangnya.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads