Dirlantas Jatim Tak Rekomendasikan Jalur Alternatif Usai Gumitir Ditutup

Dirlantas Jatim Tak Rekomendasikan Jalur Alternatif Usai Gumitir Ditutup

Praditya Fauzi Rahman - detikJatim
Sabtu, 02 Agu 2025 16:15 WIB
Dirlantas Polda Jatim Kombes Iwan Saktiadi.
Dirlantas Polda Jatim Kombes Iwan Saktiadi. (Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim)
Surabaya -

Penutupan Jalur Gumitir menyebabkan kemacetan arus lalu lintas bahkan sempat menyebabkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) di wilayah Situbondo, Jember, Bondowos, hingga Banyuwangi. Polda Jatim menegaskan, tidak ada rekomendasi jalur alternatif setelah Gumitir ditutup sementara.

Dirlantas Polda Jatim Kombes Iwan Saktiadi mengatakan pihaknya terus berupaya mengoptimalkan jalur distribusi maupun jalur angkutan penumpang meski adanya penutupan. Ia mengaku telah mempersiapkan sejumlah langkah rekayasa lalin.

"Di antaranya kami membatasi tonase atau mengalihkan rute karena Gumitir ini betul-betul secara teknis sudah tidak bisa dilintasi. Oleh sebab itu, tidak ada pilihan lain selain mengalihkan rute menjadi ke jalur utara," kata Iwan, Sabtu (2/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan ada beberapa tempat yang mungkin secara tonase jembatan-jembatan itu tidak muat untuk kapasitas (kendaraan berat) tertentu, juga kami alihkan," imbuhnya.

Iwan memastikan pihaknya telah melakukan rapat koordinasi dengan masing-masing kabupaten seperti Jember, Banyuwangi, Probolinggo, Bondowoso, Situbondo dan sekitarnya. Jajaran polisi di setiap daerah itu menurutnya siap untuk membantu para pengendara yang akan melintas di sana.

ADVERTISEMENT

"Kami telah melaksanakan rapat secara koordinasi. Sehingga siap untuk membantu para pengendara yang akan melintasi di sana, menghindari jalur gumitir, dan menggunakan jalur yang lainnya," ujarnya.

Soal jalur alternatif yang disiapkan, Iwan menegaskan bahwa penggal jalur yang ada melintas gumitir tidak dialihkan dan tak direkomendasikan Misalnya, dari Surabaya ke Banyuwangi, diarahkan melalui jalur utara.

Menurut Iwan, jalur alternatif hanya untuk roda 2 dan tak diperuntukkan untuk kendaraan bertonase besar. Serta untuk masyarakat lokal.

"Jalur utara itu kan jalur protokol utara yang tidak menggunakan lintasan arak-arak sampai dengan gumitir. Artinya karena yang yang tidak bisa dilintasi itu sentralnya ada di Gumitir, sehingga sudah tidak bisa ada alternatif yang lainnya untuk kendaraan roda 4 dan lebih," katanya.

"Hanya ada untuk kendaraan roda dua, itu pun menggunakan jalur-jalur lokal, di mana jalur lokal ini yang paham hanya masyarakat lokal. Ini hanya digunakan untuk mobilisasi lokal," imbuhnya.

Meski begitu, Iwan mengaku tidak pernah menyarankan untuk melintasi jalur alternatif. Sebab, jalur itu dinilai tidak ada representatif.

"Tidak ada keterangan (penunjuk jalur) melalui lintasan perkebunan. Saat turun hujan (jalan) itu licin dan berbahaya bagi pengguna jalan. Sehingga kami tidak menetapkan itu sebagai jalur alternatif," ujarnya.

"Namun demikian jika masyarakatnya sudah paham, seperti masyarakat lokal akan menggunakan jalur itu, kami persilakan. Artinya untuk masyarakat yang tidak paham atau tidak mengerti daerah itu kami tidak pernah merekomendasikan itu sebagai jalur alternatif," katanya.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads