Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak melakukan sejumlah langkah strategis untuk mengurai antrean kendaraan di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Ini setelah terjadinya kemacetan horor.
Salah satunya dengan mengerahkan KMP Portlink VII berkapasitas 30 kendaraan berukuran besar. Jumlah tersebut bisa lebih, namun ada pengetatan syarat pasca-tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya pada 2 Juli 2025.
"Kapal Port Link VII sangat membantu serta ada 9 kapal yang sebelumnya tidak beroperasi, kini sudah kembali beroperasi. Hal ini lebih cepat dari estimasi kita," kata Emil dalam keterangannya, Selasa (29/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah berikutnya, mengaktifkan fungsi Jembatan Watu Dodol. Menurut Emil, seluruh truk akan ditimbang di Watu Dodol kemudian diarahkan menuju pelabuhan.
Setelah itu akan dicoba dari Watu Dodol langsung ditimbang kemudian diberi stiker. Nantinya kendaraan yang melebihi muatan di atas 35 Ton akan diarahkan ke holding area di Bulusan. Sedangkan di bawah 35 Ton diarahkan ke dermaga Moveable Bridge (MB) agar tidak menumpuk di dermaga Landing Craft Mechanized (LCM).
"Padahal MB I-IV masih bisa melayani. Untuk melakukan itu ada beberapa langkah, yakni menambah jumlah personil, berkoordinasi dengan dirjen perhubungan darat terkait fungsional jembatan watu dodol serta bottleneck baru," jelasnya.
Khusus dermaga MB IV, Emil mengatakan Pemprov Jatim akan melakukan asesmen untuk melakukan penguatan ulang agar mengembalikan ke 50 Ton dengan target sebulan ke depan.
"Selama Jalan Gumitir ditutup kita sudah punya tambahan kapasitas. Jadi bukan hanya menambah kapal, melainkan dermaga bisa jadi bottle neck. Kita kerja jangka pendek, menengah dan jangka panjang," tuturnya.
Namun Emil mengaku jembatan watu dodol agak sulit bagi kendaraan besar karena manuver yang tidak begitu baik. Perlu melibatkan 2 jembatan lain, yakni Besuki dan Probolinggo yang bisa diaktivasi hanya untuk periode pendek.
"Ada kekhawatiran semakin jauh jembatan timbangnya nanti muatan bertambah di jalan. Tetapi kalau darurat harus dipertimbangkan semua opsi yang ada," ungkapnya.
Lebih lanjut, Emil mengatakan dermaga untuk Landing Craft Machine (LCM) harus diperbaiki karena ramp door untuk memasukkan kapal terlalu berat karena spesifikasi tidak ideal. Maka dermaga LCM perlu dikembangkan sehingga ramp door tidak perlu sepanjang itu karena mengurangi kapasitas yang tersisa untuk truk.
Tidak hanya itu, Emil mengatakan untuk menyiapkan tampungan kendaraan sementara sebelum ke pelabuhan agar tidak terjadi antrean di jalan raya, Pemprov Jatim mengoptimalkan kantong parkir yang ada di Bulusan (arah Kota Banyuwangi-Ketapang).
"Area parkir di Bulusan bisa menampung 600 truk. Tetapi setiap kali mau masuk ke dermaga keluar lagi ke jalan nasional. Harusnya ada yang langsung dari dalam sehingga tidak perlu kembali ke jalan nasional. Akan kita bahas sebagai jangka menengah dan jangka panjangnya," tegasnya.
Upaya mengurai antrean, Emil menambahkan Kapolres Banyuwangi juga melakukan koordinasi yang intensif di lapangan untuk memastikan arus kendaraan berjalan lancar. Sebab, sistem di pelabuhan Ketapang tidak bisa dipisahkan dari kapal-kapal Long Distance Ferry di Tanjung Wangi menuju Pelabuhan Lembar.
"Termasuk Pelabuhan jangkar menuju Pelabuhan Lembar kita akan meningkatkan space ke jalan untuk ke sini sehingga ketika load faktor yang 80-90 menjadi 100 persen," tandasnya.
Rapat koordinasi ini diikuti General Manager ASDP Indonesia Ferry Cabang Ketapang Yannes Kurniawan, Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol Rama Samtana, perwakilan Pertamina Integrated Terminal Alia Anggraini, Kadishub Banyuwangi I Komang Sudira Atmaja, Kabid Pelayaran Dishub Jatim Luhur Prihadi, dan Kabid EBT ESDM Jatim Rendy Herdijanto.
(dpe/abq)