Keluarga Sakti Ramadhani Saputro (24), pekerja migran asal Desa Wotan, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo akhirnya bernafas lega. Ini karena jenazah Sakti bisa dipulangkan ke rumah sesuai permintaan keluarga.
Jenazah telah diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan setelah tiba pada Kamis malam (24/7) sekitar pukul 19.00 WIB. Jenazah Sakti sebelumnya diterbangkan dari Jepang menuju Bandara Adisutjipto Yogyakarta.
Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Ponorogo, Suko Kartono mengatakan jenazah Sakti membutuhkan proses sekitar satu minggu. Lantaran, jauhnya jarak antara Jepang dan Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sesampainya di Yogyakarta itu di RS Sardjito, lalu disana dikafani dan disalatkan di masjid terus baru dibawa ke Ponorogo," terang Suko kepada wartawan, Jumat (25/7/2025).
Suko menambahkan untuk hak perlindungan tenaga kerja dan asuransi, ahli waris Sakti tidak mendapat asuransi dari BPJS Ketenagakerjaan, karena almarhum sebelumnya tidak terdaftar sebagai peserta. Meski begitu, keluarga Sakti
kemungkinan akan mendapat asuransi dari tempatnya bekerja. Untuk proses pencairannya, keluarga almarhum didampingi pihak LPK harus berangkat ke Jepang untuk menandatangani proses pencairan asuransi tersebut.
"BPJSnya nggak dapat karena tidak terdaftar. Karena dia kan statusnya ini di Jepang itu magang. Besarannya berapa saya kurang tahu," tambah Suko.
Sebelumnya, Sakti dilaporkan meninggal dunia dalam kecelakaan kerja di Kota Kurume, Prefektur Fukuoka, Jepang pada Selasa (15/7) lalu akibat terkena reruntuhan bangunan.
Insiden tragis itu terjadi saat Sakti sedang membongkar sebuah bangunan dua lantai yang sudah tak digunakan selama 10 tahun. Bangunan tersebut roboh sekitar pukul 13.40 waktu setempat pada Selasa, 15 Juli 2025.
Menurut informasi yang diterima keluarga, dua orang tewas dalam kejadian tersebut. Selain Sakti, korban lainnya adalah warga negara Jepang bernama Yoshinori Yoshitani (41) yang diduga merupakan manajer lapangan proyek.
Sakti merupakan anak semata wayang dari pasangan Lestariono (50) dan Susanti (42). Ia terakhir kali menghubungi keluarganya sepekan sebelum kejadian nahas itu. Rencananya, ia akan pulang ke Indonesia tahun depan setelah menyelesaikan masa kerja.
Pihak Jepang sempat merekomendasikan kremasi dan pemakaman di negara setempat. Namun, keluarga menolak tegas dan meminta jenazah dikembalikan ke tanah air agar bisa dimakamkan di kampung halaman.
(dpe/abq)