Komunitas BETA UFO Indonesia mengungkapkan adanya 5 kali penampakan UFO di Malang. BETA UFO pun mengingatkan perlunya strategi dalam studi UFO di Malang.
5 penampakan terduga UFO di Malang berdasarkan dokumen presentasi dari BETA UFO Indonesia, yakni dua objek diam di Langit Lawang pada 28 November 2009. Saat itu saksi Qarrobin Djuti melihat dua titik terang di langit yang tampak diam dan tidak bergerak antara Gunung Wedon dan Gunung Arjuna.
Lalu, ada cahaya biru dan objek hitam yang tertangkap 20 April 2008. Saksi Yoezar Iwan dan keluarga melihat obyek berbentuk oval dengan cahaya biru di bagian bawah dan gerakannya sangat acak selama 10 detik. Penampakan ini terjadi di Perumahan Belimbing, Malang, namun tidak ada dokumentasi karena tidak sempat difoto atau divideo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian UFO di Langit Porong menuju ke arah Malang pada 27 Juni 1977. Saksi Dr. Ir. Aryono Abdulkadir dan dua kolega melihat penampakan yang awalnya dikira meteor, tapi bergerak lambat secara horizontal tanpa suara dan membelok tajam hampir 90 derajat. Lokasi penampakan ini ntara Gempol dan Porong saat ia dalam perjalanan ke Malang).
Selanjutnya, UFO sempat tampak melayang selama 1 jam. Deskripsi dan lokasi detail tidak dijelaskan secara spesifik, namun disebut sebagai salah satu kasus penting di wilayah Malang dengan durasi pengamatan panjang.
Ketua BETA UFO Indonesia Mohammad Reza Wardhana menyampaikan hal itu dalam sebuah diskusi studi UFO di Kota Malang akhir pekan lalu. Selain memaparkan 5 laporan penampakan UFO di Malang beserta foto yang diterima Reza juga memaparkan apa yang harus diperhatikan dalam studi UFO.
"Menurut opini saya, ada 2 poin utama dalam mempelajari UFO. Poin yang pertama adalah mengenal beragam benda langit serta efek-efek yang ditimbulkan oleh lensa kamera baik kamera ponsel maupun kamera mirrorless atau DSLR. Poin yang kedua adalah berpikir rasional," ujar Reza, Selasa (22/7/2025).
Menurut Reza, poin pertama dalam studi UFO dianggap sangat penting. Karena sebagian orang mengira awan lenticular adalah UFO, padahal menurutnya bukan. Bahkan beberapa konten dari luar negeri juga melabeli awan jenis ini sebagai UFO yang menyamar.
"Lensflare juga sering dianggap sebagai UFO. Bokeh juga kerap dianggap sebagai orbs. Maka kita harus hati-hati untuk memastikan apakah yang kita lihat adalah UFO atau bukan," jelasnya.
Lantas, mengapa banyak foto atau video yang blur meski ponsel semakin mudah didapat dan kualitas kameranya juga bagus? Menurut Reza hal itu tidak lepas dari bagaimana lensa ponsel melakukan proses penangkapan gambar.
Meski seseorang tidak sempat memotret penampakan UFO, tapi kesaksian seseorang yang mengaku benar-benar melihat UFO sangat penting. Demikian kata Reza di hadapan hadirin diskusi.
"Poin kedua adalah berpikir rasional. Einstein percaya intuisi memainkan peran penting dalam penemuan ilmiah, sementara rasionalitas digunakan untuk menguji dan memformulasikan ulang gagasan," ungkapnya.
Jadi, sambung Reza, rasionalitas adalah alat untuk menguji tetapi bukan sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Sebab dalam kasus UFO, sejujur apapun ceritanya, masih ada keanehan-keanehan yang ditimbulkan dari UFO itu sendiri.
"Jika memang cerita saksi mata benar adanya, masih ada keanehan-keanehan yang ditimbulkan dari UFO dan itu susah dijelaskan dengan akal yang sehat," tegasnya.
Sebaliknya, kata Reza, jika orang yang tidak jujur dengan kesaksiannya maka pasti ada celah di dalam ceritanya terkait dengan UFO yang dia saksikan.
"Kejujuran dari pelaporan adalah hal yang sangat penting sekali dalam kemajuan Ufologi," papar Reza.
Reza menambahkan, meski seseorang telah membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah disebutkan tadi, UFO masih menjadi misteri yang tidak ada habisnya.
"Dari penuturan LeslIe Kean, jurnalis Amerika, pakar kesaksian pilot yang melihat UFO, beliau juga masih tidak bisa menjawab dari mana UFO ini berasal dan apa sebenarnya UFO itu?" Imbuhnya.
Pada April 2025 lalu, BETA UFO mengungkap penyebab kematian beberapa ternak di Situbondo yang kerap disangka hal gaib atau bahkan ilmu hitam.
"Berdasarkan penelitian kami bersama Dr drh Berny dari FKH Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, dipastikan bahwa pemangsa ternak di Situbondo adalah anjing hutan. Saya menduga kematian ternak serupa di Malang juga dilakukan hewan dengan jenis yang sama. Jadi ini bukan perkara gaib," katanya.
(dpe/hil)