"Alhamdulillah, seumur hidup saya belum pernah opname di rumah sakit. Saya juga tak punya penyakit seperti darah tinggi, kolesterol maupun diabetes," kata Fatahula di Asrama Haji Surabaya, Minggu (6/7/2025).
Meski tetap sehat di usia yang sudah senja, Fatahula mengaku tidak memiliki tips khusus yang bisa dibagikan kepada calon jemaah haji lain. Baginya, kebugaran tubuhnya merupakan anugerah dari Sang Pencipta.
"Saya rasa ini merupakan karunia yang Allah SWT berikan untuk saya," kata bapak dari 12 anak ini.
Fatahula berangkat ke Tanah Suci sendirian tanpa pendamping. Seharusnya, dia ingin berangkat bersama istrinya, tapi istrinya telah lebih dulu meninggal.
"Saya mendaftar haji 2019. Alhamdulillah dapat berangkat tahun ini karena program prioritas lansia. Anak saya sebenarnya mau mendampingi, tetapi karena masa pendaftaran haji belum 5 tahun jadi belum bisa berangkat tahun ini," katanya.
Teman sekamar Fatahula selama di Tanah Suci, yakni Arifin Daeng Ahmad (60) menceritakan bahwa Fatahula dapat melakukan rangkaian ibadah haji dengan lancar dan mandiri.
"Alhamdulillah, beliau dapat melakukan tawaf tanpa bantuan kursi roda bahkan di sana beliau membantu mendorong rekan jemaah yang memakai kursi roda. Beliau setiap hari ikut tawaf," kata Arifin.
Meski terlihat kuat, temannya satu rombongan tidak selalu mengajak Fatahula ke Masjidil Haram ketika berada di Kota Makkah untuk mencegah agar Fatahula tidak sampai kelelahan fisik. Sebab, jarak hotel jauh dari Masjidil Haram.
"Ketika tahu dirinya tidak diajak, beliau biasanya marah karena merasa masih mampu," ujarnya.
Selama rangkaian ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), Fatahula bisa melakukan seluruh rangkaian ibadah itu dengan lancar dan tidak mengikuti skema murur. Sedangkan makanan, Fatahula juga memakan makanan yang sama seperti yang disiapkan untuk jemaah haji lainnya.
(dpe/abq)