5 Fakta Darurat Faskes Mandangin, Pasien Kritis Dilarikan Pakai Sampan

5 Fakta Darurat Faskes Mandangin, Pasien Kritis Dilarikan Pakai Sampan

Mira Rachmalia - detikJatim
Sabtu, 05 Jul 2025 09:20 WIB
Viral pasien kritis naik sampan
Viral Pasien Kritis Naik Sampan Ke Faskes Foto: Tangkapan layar
Sampang -

Video berdurasi 15 detik yang viral di media sosial beberapa waktu lalu menggambarkan potret ketimpangan layanan kesehatan yang masih dirasakan oleh masyarakat di daerah terpencil. Seorang pria lanjut usia dalam kondisi kritis terbaring di atas sampan kecil, tubuhnya diselimuti kain, dan hanya alat bantu napas sederhana yang melekat di hidungnya. Di sekelilingnya, beberapa orang berusaha menjaga keseimbangan perahu kayu yang menembus ombak tinggi dalam cuaca yang kurang bersahabat. Mereka adalah warga Pulau Mandangin, Sampang, yang tengah berjuang mengevakuasi pasien ke fasilitas kesehatan di daratan.

Berikut fakta sulitnya akses warga Mandangin ke fasilitas kesehatan (faskes):

1. Pasien Kritis Terpaksa Diangkut Pakai Perahu Nelayan

Perahu kecil yang digunakan dalam video tersebut bukanlah ambulans laut, melainkan perahu nelayan yang biasa digunakan untuk mencari kepiting. Sampan itu disewa secara pribadi oleh keluarga pasien karena kapal khusus pengantar pasien sedang rusak.

"Itu Mohammad Wani (67) warga Dusun Barat, Pulau Mandangin, Sampang. Kelihatannya pakai sampan (perahu kecil) mau ke rumah sakit," kata Alimuddin, warga Mandangin yang mengenali orang-orang dalam video tersebut, Jumat (4/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasien yang bernama Mohammad Wani berada dalam kondisi kritis dan harus segera dirujuk dari Puskesmas Mandangin ke rumah sakit di daratan Madura.

2. Tidak Ada Kapal Khusus Rujukan, Perjalanan Laut Dilakukan dengan Risiko Tinggi

Menurut Jalil, menantu dari Mohammad Wani, peristiwa itu terjadi pada Kamis (3/7/2025) pagi. Karena tak ada kapal rujukan yang bisa digunakan, mereka terpaksa menyewa perahu kecil dengan biaya Rp400 ribu untuk sekali jalan.

ADVERTISEMENT

"Iya pasiennya itu mertua saya. Waktu itu kondisi mertua saya kritis dan harus segera dibawa ke rumah sakit, makanya naik perahu seadanya," ujar Jalil.

Perjalanan laut tersebut memakan waktu sekitar dua jam dalam kondisi ombak yang tidak bersahabat. Jalil mengaku tak sempat memikirkan risiko lain karena keselamatan nyawa mertuanya jadi prioritas.

"Saya hanya berpikir bagaimana mertua saya itu bisa sampai ke rumah sakit. Soal risiko lain saya nggak mikir. Alhamdulillah sampai dan tertangani," tambahnya.

3. Perawat Puskesmas Ikut Dampingi, Tapi Alat Medis Minim

Dalam perahu itu, terdapat tujuh orang termasuk satu perawat dari Puskesmas Mandangin yang ikut mendampingi pasien. Namun peralatan medis yang tersedia sangat terbatas, hanya alat bantu napas sederhana dan selimut yang membungkus tubuh pasien.

Kondisi ini menunjukkan keterbatasan fasilitas kesehatan primer di pulau terpencil, yang tidak mampu menangani pasien dengan kondisi darurat secara optimal.

4. Video Viral, Warganet Prihatin dan Desak Pemerintah Bertindak

Video yang direkam oleh salah satu anggota keluarga kemudian diunggah ke media sosial dan langsung viral. Warganet ramai-ramai menyampaikan simpati dan keprihatinannya, serta menuntut perhatian serius dari pemerintah terhadap sistem rujukan kesehatan di wilayah kepulauan.

Banyak pihak menilai bahwa tragedi seperti ini seharusnya tidak terjadi jika infrastruktur kesehatan di pulau-pulau seperti Mandangin dibenahi, termasuk pengadaan ambulans laut yang layak dan siap digunakan kapan pun.

5. Jalur Laut Jadi Satu-Satunya Akses, Tapi Tak Selalu Aman

Warga Mandangin hanya memiliki satu jalur keluar masuk untuk mencapai daratan, yaitu jalur laut. Sayangnya, cuaca laut yang tidak menentu sering kali menyulitkan proses evakuasi medis. Dalam kasus Mohammad Wani, mereka harus menembus ombak besar demi menjangkau rumah sakit.

Situasi ini memperlihatkan betapa krusialnya peran moda transportasi darurat yang aman dan cepat bagi daerah kepulauan seperti Mandangin, agar warga tak lagi harus berjudi dengan nyawa di tengah laut.




(auh/ihc)


Hide Ads