Cuaca Ekstrem Masih Ancam Jatim Beberapa Hari ke Depan

Cuaca Ekstrem Masih Ancam Jatim Beberapa Hari ke Depan

Aprilia Devi - detikJatim
Jumat, 04 Jul 2025 18:00 WIB
BMKG menyatakan wilayah Indonesia saat ini memasuki masa pancaroba. Awan gelap pun tampak menyelimuti langit Kota Jakarta hari ini.
Ilustrasi. (Foto: dok. Rifkianto Nugroho/detikcom)
Surabaya -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut masih ada potensi cuaca ekstrem hingga 3 hari ke depan di wilayah Jatim. Cuaca ekstrem dipicu gangguan atmosfer gelombang Equatorial Low Frequency.

Sebenarnya, cuaca ekstrem sudah dirasakan beberapa hari terakhir di mana hujan masih saja turun padahal sebagian besar wilayah di Jatim sudah memasuki musim kemarau.

Prakirawan BMKG Juanda Rendy Irawadi menyebutkan sejumlah wilayah yang diprakirakan terdampak cuaca ekstrem antara lain Malang, Tulungagung, dan Blitar. Kemudian Gresik, Bojonegoro, Banyuwangi, dan kawasan Pulau Madura.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal ini disebabkan belum keseluruhan wilayah Jatim memasuki musim kemarau. Selain itu juga masih ada gangguan atmosfer berupa gelombang Equatorial Low Frequency," ujar Rendy saat dikonfirmasi detikJatim, Jumat (4/7/2025).

Namun dia mengatakan bahwa gangguan atmosfer itu tidak akan berlangsung lama. Prakiraan menunjukkan, gangguan atmosfer akan terus menurun dalam sepekan.

ADVERTISEMENT

"Kami prakirakan 1 minggu ke depan intensitasnya mulai menurun," katanya.

BMKG pun mengimbau agar masyarakat senantiasa waspada. Apalagi saat ini juga merupakan periode musim libur sekolah yang kerap digunakan untuk bepergian maupun berwisata.

"BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak yang dipengaruhi faktor-faktor lokal," imbau Rendy.

Selain itu, Rendy juga meminta agar masyarakat mulai menyiapkan mitigasi terhadap berlangsungnya musim kemarau. Terutama di wilayah yang rawan bencana kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan.

"Potensi penurunan kualitas udara di wilayah perkotaan dan daerah rawan kebakaran hutan dan lahan juga perlu diwaspadai. Sekaligus dampak dari suhu dirasakan tinggi, karena dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat," pungkasnya.




(dpe/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads