Tahun baru Jawa atau 1 Suro menjadi momen yang sangat dinantikan masyarakat Jawa, terutama yang masih memegang teguh nilai-nilai tradisi dan spiritualitas leluhur. Tapi pertanyaannya, 1 Suro 2025 jatuh pada tanggal berapa?
Perhitungan kalender lunar khas Jawa dipengaruhi sistem Hijriah dan budaya lokal, sehingga sering dianggap sama. Bahkan, 1 Suro dan 1 Muharram dianggap bersamaan, padahal tidak selalu jatuh di hari yang sama.
Jadwal Resmi Tahun Baru Jawa 2025
Berdasarkan penanggalan Jawa, 1 Suro tahun 1959 Jawa akan jatuh pada Sabtu Legi 28 Juni 2025. Namun, dalam perhitungan kalender Jawa, hari baru dimulai sejak matahari terbenam, bukan tengah malam seperti dalam kalender Masehi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya, malam 1 Suro sudah dimulai sejak Jumat Kliwon 27 Juni 2025. Banyak yang mengira 1 Suro selalu bertepatan dengan 1 Muharram atau tahun baru Islam. Faktanya, kedua momen ini tidak selalu jatuh pada tanggal yang sama.
Tahun ini misalnya, berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2025, 1 Muharram 1447 Hijriah diperingati pada Jumat 27 Juni 2025, bertepatan dengan Jumat Kliwon dalam kalender Jawa, yakni malam menjelang 1 Suro.
Makna 1 Suro
Bagi masyarakat Jawa, malam 1 Suro bukan sekadar pergantian tahun, melainkan momentum sakral yang penuh makna. Banyak tradisi dilakukan untuk menyambutnya, seperti tirakatan, tapa bisu, ziarah ke makam leluhur, hingga jamasan pusaka.
Semua ini dilakukan sebagai bentuk penyucian lahir dan batin, sekaligus refleksi atas perjalanan hidup setahun ke belakang. Di sejumlah daerah seperti wilayah Jawa Timur, peringatan 1 Suro biasanya digelar dengan prosesi budaya yang kental.
Dengan demikian, meski 1 Suro secara resmi jatuh pada 28 Juni 2025, puncak kegiatan dan ritual biasanya sudah dimulai sejak Jumat malam. Tak heran jika suasana di malam tersebut terasa lebih hening, khidmat, dan penuh doa.
Penanggalan Jawa sendiri merupakan hasil perpaduan antara sistem kalender Islam (Hijriah) dan kalender lokal Jawa yang dipopulerkan Sultan Agung dari Mataram pada abad ke-17. Kalender ini menggunakan sistem lunar atau peredaran bulan seperti kalender Hijriah, namun dengan nuansa budaya dan spiritualitas khas Nusantara.
(hil/irb)