Taman Pelangi Super Padat Imbas Demo Truk ODOL

Taman Pelangi Super Padat Imbas Demo Truk ODOL

Denza Perdana - detikJatim
Kamis, 19 Jun 2025 16:51 WIB
Lalu lintas padat di Jalan Ahmad Yani dekat Bundaran Taman Pelangi.
Lalu lintas padat di Jalan Ahmad Yani dekat Bundaran Taman Pelangi. (Foto: Nimas Lintang Andaru/detikJatim)
Surabaya -

Imbas demo sopir truk terkait aturan Over Dimension Ovel Loading (ODOL) di Surabaya sejumlah titik lalu lintas mengalami kepadatan yang cukup parah. Salah satunya di sekitaran Bundaran Taman Pelangi, Jalan Ahmad Yani.

Pantauan detikJatim di lokasi, penyebab kepadatan ini akibat persinggungan antara truk-truk pendemo yang sempat ngetem di sepanjang Frontage Barat Ahmad Yani. Akibatnya, kendaraan lain mengambil jalur cepat Ahmad Yani.

Namun, karena saking padatnya kendaraan yang melaju dengan sangat merambat, cukup banyak pemotor yang kemudian memutuskan untuk putar balik dan melawan arah menuju ke jalur sebaliknya arah Sidoarjo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, di jalur yang mengarah Sidoarjo, hingga sekitar pukul 16.20 WIB lalu lintas kendaraan juga relatif padat. Pertemuan kendaraan di jalur bundaran Taman Pelangi terlihat dari atas jembatan penyeberangan orang (JPO).

Padatnya lalu lintas di Jalan A Yani ini akibat masih adanya gelombang truk pendemo yang masuk dari Bundaran Cito mengarah ke titik utama unjuk rasa di Jalan Pahlawan, yakni di depan Kantor Gubernur Jatim.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, Koordinator Lapangan aksi demo ini Angga Firdiansyah mengatakan aksi ini bukan bentuk perlawanan, melainkan bentuk keprihatinan terhadap penerapan kebijakan Zero Over Dimension Over Load (ODOL) yang dinilai belum siap dijalankan secara utuh.

"Kami sejatinya tidak ingin melanggar aturan. Tapi realitanya, tuntutan industri dan pasar yang memaksa kami membawa muatan berlebih. Sayangnya, ketika ada pelanggaran, yang disalahkan selalu sopir," kata Angga saat ditemui di sela-sela aksi, Kamis (19/6/2025).

Angga menegaskan, ketidakkonsistenan penerapan ODOL membuat sopir jadi korban tunggal. Menurutnya, banyak pelanggaran justru terjadi atas permintaan perusahaan besar, bahkan proyek-proyek pemerintah pun masih menggunakan kendaraan tak sesuai regulasi.

"Selama ini, hukum hanya menjerat sopir. Padahal kami hanya menjalankan perintah kerja. Pemerintah juga secara tidak langsung membiarkan ini terjadi selama bertahun-tahun," tegasnya.

Rombongan sopir truk juga berencana melanjutkan konvoi ke Mapolda Jatim dan Kantor Gubernur Jawa Timur. Jika tidak mendapat respons dari pemerintah, para sopir mengancam akan tidur selama tiga hari di depan Kantor Gubernur sebagai bentuk protes lanjutan.

GSJT mendesak pemerintah menyusun regulasi logistik yang lebih adil dan realistis. Selain itu, mereka juga meminta adanya jaminan sosial dan perlindungan hukum bagi para sopir, yang selama ini dianggap sebagai pihak paling lemah dalam rantai distribusi logistik nasional.

"Pasar saat ini lebih memilih kendaraan besar karena dianggap efisien. Bahkan makanan ringan pun ditumpuk tinggi. Tapi kami yang selalu jadi sasaran saat aturan ditegakkan," ujar Angga.

Aksi mogok ini diikuti ratusan sopir truk dari berbagai wilayah di Jawa Timur. Pantauan detikJatim, arus lalu lintas di kawasan Waru hingga Jemursari terpantau padat akibat iring-iringan kendaraan besar yang ikut dalam aksi.




(dpe/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads