Aksi besar-besaran sopir truk menolak kebijakan Zero Over Dimension Over Load (ODOL) di Jawa Timur kian memanas. Kamis (19/6/2025) siang, ratusan armada truk yang tergabung dalam Gerakan Sopir Jawa Timur (GSJT) tiba di Bundaran Waru, Sidoarjo, sebelum melanjutkan longmarch menuju Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Jatim di Jalan Frontage Ahmad Yani Surabaya.
Pantauan di lokasi, sekitar pukul 11.55 WIB, massa aksi mulai memadati Bundaran Waru. Aksi mereka membuat kendaraan roda dua, roda empat hingga angkutan barang terjebak macet.
Puluhan sopir mengibarkan bendera sepanjang puluhan meter di tengah jalan. Aksi orasi pun bergema dari atas truk komando yang berada di barisan paling depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, sempat terjadi ketegangan ketika seorang sopir bus Kalisari yang berupaya menerobos barisan massa yang menutup jalan. Cekcok antar sopir dan peserta aksi pun tak terhindarkan.
Namun, situasi kembali kondusif sekitar lima menit kemudian. Massa membubarkan diri dari Bundaran Waru dan melanjutkan longmarch ke Kantor Dishub Jatim sambil terus membentangkan bendera dan menyerukan tuntutan mereka.
Sementara, sejumlah petugas keamanan gabungan dari Polsek Gayungan, Polrestabes Surabaya, hingga Polda Jatim disiagakan di Bundaran Waru. mereka menghalau dan mengarahkan massa untuk menggelar aksi dan melintas di jalur Frontage Ahmad Yani sisi barat
![]() |
Aksi mogok kerja dan unjuk rasa ini merupakan lanjutan dari penolakan sopir truk terhadap penerapan penuh aturan ODOL mulai 2025. Sebelumnya, ratusan sopir truk menggelar konvoi dari Puspa Agro, Jemundo, Taman, Sidoarjo.
"Kami tidak mau bawa muatan besar-besar, tapi karena tuntutan industri, kami terpaksa," ujar Koordinator II GSJT, Angga Firdiansyah, di sela aksi.
Dalam tuntutannya, GSJT mendesak pemerintah mengevaluasi total kebijakan ODOL dan merevisi UU No. 22 Tahun 2009, khususnya Pasal 277 yang dianggap terlalu menjerat sopir. Mereka juga menuntut perlindungan hukum, revisi tarif logistik, dan jaminan sosial bagi para sopir.
Jika tidak direspons, para sopir mengancam akan bermalam selama tiga hari di depan Kantor Gubernur Jawa Timur.
![]() |
"Kami ingin pemerintah bijak, jangan hanya menghukum yang paling bawah," tegas Angga.
Aksi ini sempat melumpuhkan sejumlah ruas jalan di Surabaya dan Sidoarjo. Polisi pun melakukan pengamanan ketat untuk mencegah bentrokan dan menjaga kelancaran arus lalu lintas di jalur alternatif.
(pfr/hil)