Kasus HIV/AIDS di Kota Malang terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu pemicunya adalah pergaulan bebas yang kian marak di kalangan usia muda.
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sri Sunaringsih Ika Wardojo mengungkapkan, kasus HIV sejak 2019 hingga 2022 terjadi lonjakan signifikan. Bahkan di tahun 2025 ini, angka kasus diprediksi kembali naik.
"Dari data yang saya kumpulkan selama tiga tahun, tren kasus HIV di Kota Malang terus meningkat. Tahun ini saja, berdasarkan laporan Dinas Kesehatan, terdapat penambahan sekitar 180 pasien HIV/AIDS baru," ungkap Sri Sunaringsih kepada wartawan, Kamis (19/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sri Sunarringsih, adanya lonjakan kasus HIV/AIDS baru, tidak terlepas dari dinamika perkembangan Kota Malang sebagai kota pendidikan dan industri yang menarik banyak pendatang.
Urbanisasi yang pesat membawa dampak ganda yakni kemajuan ekonomi dan teknologi di satu sisi, serta peningkatan risiko penyakit menular.
"Pergaulan yang semakin bebas dan akses informasi yang tidak terbendung menjadi pemicu terbesar. Apalagi, banyak pendatang dari luar kota yang membawa pengaruh dan gaya hidup baru," tuturnya.
Sri Sunaringsih mengungkapkan, mayoritas kasus HIV ditemukan pada kelompok usia muda dan produktif.
Mereka rentan terlibat dalam perilaku seksual berisiko. Namun kurang mendapat edukasi dan akses pemeriksaan kesehatan yang memadai.
Sementara untuk bisa menekan angka penularan HIV, Sri Sunaringsih mengusulkan strategi pencegahan yang dikenal dengan ABCD yakni Abstinence, Be Faithful, Condom dan Diagnosis Dini.
"Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, setia dan tidak berganti-ganti pasangan, menggunakan kondom untuk hubungan seksual yang aman hingga melakukan diagnosa awal atau pemeriksaan awal guna mengetahui kondisi tubuh kita menjadi penting dilakukan," terangnya.
Ia juga menekankan pentingnya akses tes VISITI (Voluntary Counseling and Testing) yang saat ini telah tersedia secara gratis di beberapa puskesmas di Kota Malang.
Layanan ini memungkinkan deteksi dini HIV layaknya pemeriksaan kesehatan umum lainnya, seperti tes gula darah.
"Kalau merasa pernah melakukan tindakan berisiko, segera lakukan tes VISITI. Kalau hasilnya positif, langsung ikuti pengobatan dan jangan tinggalkan obat," imbaunya.
Sri Sunaringsih menilai Pemerintah Kota Malang sudah berada di jalur yang benar. Namun menekankan bahwa edukasi kepada masyarakat harus terus digencarkan.
Terutama dalam menghapus stigma terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), agar mereka tidak takut untuk menjalani pengobatan.
"Kalau mereka rutin berobat dan mendapat dukungan, ODHA tetap bisa hidup normal dan produktif," tutupnya.
(auh/hil)