Narsisstic Personality Disorder (NPD) banyak dibahas dan tak sedikit terjadi di kalangan usia muda. Salah satu pemicunya ialah haus validasi di media sosial.
Dosen Fakultas Kedokteran Untag Surabaya, dr Adinda Istantina SpKJ menjabarkan terkait gangguan kepribadian narsistik atau NPD. Apalagi akhir-akhir ini sering dibahas di masyarakat.
"NPD umumnya ditandai oleh tiga hal yang dapat dikenali. NPD adalah gangguan mental di mana gangguan tersebut dapat menyebabkan seseorang memiliki masalah superioritas, haus akan validasi atau pujian dan cenderung memiliki sifat meremehkan orang lain," kata dr Adinda dalam acara medtalk mengangkat tema 'Self-Love atau Self-Obsessed?', Senin (26/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, umumnya penderita NPD tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan kepribadian narsistik. Sebab, memiliki kecenderungan merasa selalu benar dan menganggap pandangan atau pendapat orang lain sebagai sesuatu yang salah.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) of Diseases Disorders, dr Dinda menyebutkan ada lima dari sembilan gejala yang dapat dilihat pada penderita NPD. Yakni merasa percaya diri berlebihan, haus validasi berlebihan, memiliki rasa berhak untuk diistimewakan.
Kemudian, mempunyai fantasi akan prestasi atau kesuksesan, kebutuhan yang berlebihan akan kekaguman dari orang lain eksploitasi interpersonal. Lalu memiliki rasa empati yang sangat kurang, iri terhadap orang lain atau menganggap orang lain yang iri terhadapnya, cenderung sombong dan angkuh, serta sensitif terhadap kritik.
dr Dinda mengatakan, gejala NPD juga dialami anak muda. Pemicunya bisa dari haus validasi di media sosial.
"Media sosial merupakan sarana validasi instan, karena postingan di media sosial dapat dimanipulasi atau dilebih-lebihkan guna mendapatkan validasi dari pengikutnya. Jika tidak mendapatkan validasi tersebut, maka mereka cenderung akan kecewa, sakit hati hingga melakukan hal yang manipulatif dan eksploitatif," jelasnya.
Menurutnya, seseorang yang mengalami gangguan kepribadian narsistik dapat disebabkan beberapa faktor. Di antaranya faktor neurobiologi otak, penurunan volume anatomi otak yang mengatur rasa empati dan perhatian, serta faktor genetik atau keturunan.
Ia mengatakan, sebagai manusia perlu menyadari bahwa seseorang memiliki batasan. Namun, yang dapat dilakukan ialah mengembangkan kelebihan kita hingga pada batas tertentu.
"Ketika kita mencapai suatu kelebihan, kita tetap harus bersikap rendah hati dan membumi. Sebab, manusia pasti memiliki kekurangan, dan kekurangan tersebut dapat menjadi hambatan dalam meraih kesuksesan jika kita tidak mawas diri. Tetap jaga kesehatan dan sayangi diri secukupnya," pungkasnya.
(auh/hil)