Jelang kongres yang rencananya akan digelar Juli 2025 dengan salah satu agenda pemilihan ketua umum baru, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DPW Jatim justru terbelah menjadi dua kubu. Ada kubu yang pro Jokowi dan ada yang tetap setia dengan Kaesang Pangarep.
Ketua DPW PSI Jawa Timur yang sekaligus Wakil Wali Kota Madiun Bagus Panuntun mengakui terbelahnya PSI Jatim menjadi 2 kubu tersebut. Dia menyebut fenomena ini adalah bagian dari dinamika internal tak terhindarkan.
"Diskusi hangat mencuat di kalangan kader, khususnya di Jawa Timur, yang terlihat mulai terbelah dalam dua pandangan besar. Di mana, mereka yang ingin partai tetap selaras dengan arah politik Presiden Joko Widodo dan mereka yang mendukung kepemimpinan independen Kaesang Pangarep," ujarnya, Rabu (21/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kongres yang juga disebut Pemilu Raya PSI memungkinkan seluruh anggota PSI terdaftar di seluruh Indonesia memberikan suara secara langsung. Calon ketua umum harus mendapat dukungan dari minimal lima DPW dan 20 DPD untuk bisa mendaftar.
Sistem pemilihan ketua umum yang diterapkan PSI ini cukup berbeda dengan pemilihan ketua umum di partai lain, mekanisme one man one vote yang diterapkan itu diklaim menjadi bukti komitmen PSI terhadap nilai-nilai demokrasi dan transparansi.
"Meskipun perbedaan pendapat terjadi, banyak pengamat melihatnya sebagai proses wajar dalam partai modern. Perdebatan antara kubu 'pro Jokowi' dan 'pro Kaesang' justru menunjukkan bahwa PSI sedang belajar menjadi partai terbuka yang tumbuh bersama basisnya," ujar Bagus.
Sebelumnya, Bagus menyatakan bahwa isu perbedaan pandangan di tubuh partai itu sangat wajar. Terutama dalam partaiyang menjunjung tinggi sistem demokratis. Dia tegaskan bahwa itu merupakan hal yang biasa.
"Perbedaan pendapat di kalangan kader adalah dinamika biasa. Justru ini menandakan bahwa PSI sedang bertumbuh dan membuka ruang partisipasi. Demokrasi itu bukan soal seragam berpikir, melainkan soal saling menghormati dalam perbedaan," kata Bagus Panuntun.
(dpe/abq)