Pandangan Psikolog soal Ibu Kandung Lecehkan Anak 5 Tahun

Pandangan Psikolog soal Ibu Kandung Lecehkan Anak 5 Tahun

Esti Widiyana - detikJatim
Selasa, 04 Jun 2024 20:09 WIB
Subdit Cyber Polda Metro Jaya mengamankan seorang ibu muda yang sempat viral di media sosial karena mencabuli anak kandungnya.
Ibu kandung yang cabuli anaknya saat diamankan polisi. (Foto: Istimewa)
Surabaya -

Seorang ibu muda berinisial R (22) asal Tangerang tega melakukan pelecehan seksual terhadap anak kandungnya yang baru berusia 5 tahun. Dia melakukan itu karena iming-iming uang Rp 15 juta.

Akibatnya, video pelecehan yang dia lakukan dengan sadar itu menyebar di media sosial dan mendapat reaksi keras dari warganet hingga sang ibu berinisial R menyerahkan diri ke polisi.

Psikolog, Praktisi Perlindungan Perempuan dan Anak Jatim Riza Wahyuni SpSi MSi menyatakan anak yang menjadi korban pelecehan ibu kandung itu harus dipisahkan agar tidak terjadi hal yang lebih buruk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Seharusnya kalau kondisi seperti itu dan terbukti, sebaiknya anak dan ibu dipisahkan, jadi anak negara. Di mana dia harus terpisahkan supaya tidak mengalami eksploitasi oleh ibunya. Sehingga hal-hal yang tidak diinginkan terhindarkan," kata Riza saat dihubungi detikJatim, Selasa (4/6/2024).

Riza pun menjelaskan dampak psikologis terasa anak yang menjadi korban pelecehan orang tuanya. Dampaknya akan besar, apalagi ketika anak tahu apa yang terjadi pada dirinya.

ADVERTISEMENT

"Biasanya anak kecil nggak ngerti apa yang terjadi. Saran saya dipisahkan dari ibu, mau tidak mau, suka tidak suka, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan lebih jauh. Karena apa yang dilakukan ibunya sudah eksploitasi," jelasnya.

Secara psikologis, anak yang menjadi korban pelecehan bisa disembuhkan. Namun, sesuai sarannya, sang anak perlu menjadi anak negara, disembuhkan traumanya dan dikembalikan kondisi psikologisnya.

Kasus kekerasan atau pelecehan seksual terhadap anak kandung sendiri memang banyak terjadi. Menurut Riza, hal ini dipicu oleh 2 hal, yakni sosial media (sosmed) dan ekonomi.

"Penggunaan sosmed memengaruhi pikiran seseorang. Saat dia tidak mampu melakukan ke orang lain, mereka lakukan ke orang terdekat yaitu anak. Ada masalah di otak berkaitan dengan seks. Biasanya kemiskinan, mereka dari menengah ke bawah," ujarnya.

Riza juga menyebutkan bahwa ada PR besar bagi keluarga maupun pemerintah berkaitan dengan maraknya kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang dilakukan terhadap anak kandung.

Di lingkungan keluarga agar anak diajari sejak dini soal pencegahan kekerasan melalui pengasuhan dan edukasi agar mereka berani mengatakan tidak meski tak mudah dilakukan karena pengasuhan di rumah.

"Maka edukasi sosialisasi yang dilakukan negara melalui pemerintah dan masyarakat bagaimana menjelaskan pola pengasuhan yang tepat untuk anak-anak. Salah satu tujuannya untuk mencegah kekerasan," pungkasnya.




(dpe/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads