Kisah Pasangan Penjual Koran dan Pedagang Gorengan di Pasuruan Naik Haji

Kisah Pasangan Penjual Koran dan Pedagang Gorengan di Pasuruan Naik Haji

Muhajir Arifin - detikJatim
Jumat, 02 Mei 2025 17:50 WIB
Pasangan penjual koran dan pedagang gorengan yang kini naik haji.
Pasangan penjual koran dan pedagang gorengan yang kini naik haji. (Foto: Muhajir Arifin/detikJatim)
Kota Pasuruan -

Ibadah haji sebagai rukun Islam kelima, kadang jauh dari jangkauan sebagian orang karena biaya yang tidak sedikit dan waktu tunggu yang panjang. Tapi, jika Allah berkehendak, sesuatu yang terasa sulit akan begitu mudah tercapai. Seperti kisah pasangan suami istri ini.

Mohamad Kasiadi (68) dan istrinya, Puriyanti Rahayu (68), warga Kelurahan Gentong, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan telah mengalaminya. Kasiadi sehari-hari berjualan koran, sedangkan istrinya menjual gorengan di kios kecil mereka di tepi Jalan Hayam Wuruk, Kota Pasuruan.

Bertahun-tahun lamanya, mereka sisihkan penghasilan yang didapatkan dari usaha kecil itu dan mereka niatkan untuk pergi berhaji. Akhirnya, pasangan ini bisa berangkat haji tahun ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya agen koran, buka pagi dan siang tutup. Sementara istri saya berjualan gorengan di samping kios saya," kata Kasiadi.

Kasiadi berkisah, dia mengawali usaha kios itu dengan menjadi loper koran sejak 1980-an. Dia mengantarkan surat kabar dari rumah ke rumah. Di sela-sela waktunya, ia juga bekerja sebagai buruh pabrik. Dari jerih payah itulah, mereka mulai menabung sedikit demi sedikit.

ADVERTISEMENT

"Awalnya berat, apalagi penghasilan tidak menentu. Tapi kami percaya, asal konsisten dan ikhlas, pasti ada jalan," katanya.

Motivasi Kasiadi untuk berhaji lahir dari pengalaman pribadi yang menyentuh. Ia berniat naik haji gara-gara melihat kakak. Sang kakak, kata dia, meski memiliki harta yang berlimpah, namun tak bisa menunaikan rukun Islam kelima sampai meninggal.

"Dari situlah saya bertekad mendaftarkan kursi haji," ceritanya.

Pasangan penjual koran dan pedagang gorengan yang kini naik haji.Kasiadi ditemui di kios koran miliknya. (Foto: Muhajir Arifin/detikJatim)

Ia mendaftar haji dengan biaya Rp 50 juta rupiah. Uang itu dikumpulkan dari hasil menabung dan dana pensiun sebagai buruh pabrik.

"Tahun 2012 kami langsung daftar haji. Yang penting niat dulu, nggak mikir berangkat kapan," ujar ayah 3 anak itu.

Selama 13 tahun mereka konsisten menabung tanpa bantuan dari lembaga, yayasan, maupun keluarga. Semua biaya ditanggung sendiri, dari uang pendaftaran hingga pelunasan.

Untuk menutupi kekurangan biaya haji, pada 2024 Kasiadi rela menjual satu-satunya mobil keluarga yang selama ini menjadi kenang-kenangan dari hasil kerja keras bertahun-tahun.

"Mobil bisa dicari lagi, tapi kesempatan haji belum tentu datang 2 kali," kata Puriyanti, sang istri.

Kasiadi juga menceritakan, dirinya telah rutin membagikan koran bekas secara gratis kepada para jemaah saat haul KH Abdul Hamid (Mbah Hamid) Pasuruan.

Pasangan penjual koran dan pedagang gorengan yang kini naik haji.Puriyanti Rahayu istri Kasiadi yang sehari-hari menjual gorengan. (Foto: Muhajir Arifin/detikJatim)

"Buat saya, itu bentuk syukur atas rezeki yang saya terima. Semoga jadi amal jariah yang terus mengalir," katanya rendah hati.

Kasiadi dan Puriyanti telah dijadwalkan berangkat haji pada 29 Mei 2025. Tetangga Kasiadi berharap mereka menjadi haji yang mabrur.

"Beliau sangat ulet, telaten, dan juga gigih menabung dari niat baik untuk berangkat haji. Itu adalah salah satu contoh bahwa siapapun bisa menunaikan ibadah haji," ujar Hariadi, tetangga Kasiadi.




(dpe/hil)


Hide Ads