Persada Hospital telah menonaktifkan dokter YA karena dugaan pelecehan. Sebelumnya dokter YA membantah telah melakukan pelecehan.
"Menurut pengakuan dokter bersangkutan, itu (Pemeriksaan yang diduga mengarah pelecehan seksual) adalah pemeriksaan standar yang dia lakukan. Tentu ini harus kami pastikan dulu," ujar Sub Komite Etik dan Disiplin Persada Hospital Malang, dr Galih Indradita dalam konferensi di Persada Hospital, Jumat (18/4/2025).
Jika sesuai regulasi yang berlaku, Galih menyebut prosedur pemeriksaan harusnya memang izin dahulu atau persetujuan dari pihak pasien.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian proses pemeriksaan juga harus didampingi oleh staf di rumah sakit. Hal inilah yang kini menjadi perdebatan.
"Menurut pengadu, prosedur itu dilewati. Makanya kami harus mendengarkan langsung informasi dari pengadu," katanya.
Galih menambahkan, bahwa saat kejadian dokter YA memang tengah bertugas di Persada Hospital. Dan memberikan penanganan terhadap korban.
Namun pihaknya belum mendapatkan informasi secara detil, jika dokter YA telah melakukan pemeriksaan di kamar inap seperti yang disampaikan korban.
"Yang bersangkutan memang betul bekerja di Persada (Hospital). Kemudian pada tanggal itu memang betul dia menjaga di sana. Kemudian juga memberikan pelayanan di rawat inap itu memang betul ada," imbuhnya.
"Tetapi tentang ketika melakukan pemeriksaan pada kamar itu kami tidak mempunyai informasi yang detil untuk itu. Informasi yang kami dapatkan memang yang bersangkutan melakukan pemeriksaan tidak didampingi oleh paramedis atau teman-teman keperawatan seperti biasanya," sambungnya.
Dokter YA disebut telah bertugas sejak 2019 di Persada Hospital. Sejauh ini, lanjut Galih, dokter YA dikenal memiliki rekam jejak cukup baik.
"Jadi sempat bekerja di beberapa rumah sakit lainnya dan 2019 baru masuk Persada. Untuk kelakuannya masih dalam kategori kelakuan yang wajar," pungkasnya.
(ihc/fat)