Pemkot Mojokerto mengalokasikan anggaran Rp 2,9 miliar untuk meningkatkan mutu pendidikan. Anggaran tersebut digunakan merehabilitasi prasarana 7 SD dan SMP negeri.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mojokerto Ruby Hartoyo menjelaskan, anggaran Rp 2.882.000.000 dari APBD 2025 ini untuk rehabilitasi dan pembangunan prasarana di 7 sekolah negeri. Yaitu untuk rehab ruang guru, ruang kepala sekolah, toilet dan ruangan TU SDN Miji 3 senilai Rp 668 juta.
Rehab ruang UKS SDN Wates 6 senilai Rp 395 juta, rehab ruang perpustakaan SDN Kranggan 4 senilai Rp 333 juta, pembangunan tempat ibadah SDN Kranggan 2 senilai Rp 206 juta, rehab 5 ruang kelas SMPN 4 senilai Rp 935 juta, serta pemeliharaan berkala halaman paving atau lanskap SMPN 3 dan SMPN 6 Kota Mojokerto Rp 345 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya itu, SMPN 9 Kota Mojokerto juga mendapatkan anggaran Rp 401 juta dari APBD TA 2025. Menurut Ruby, anggaran ini salah satunya untuk membangun 1 ruang kelas 7 baru di lantai 2. Sehingga pada tahun ajaran 2026-2027 nanti, kelas 7 bertambah dari 6 menjadi 7 rombel. Masing-masing rombel berisi 32 siswa.
"Target selesai tahun ini semua. Ada 4 pekerjaan yang kami lelang dini pada Desember 2024, sekarang sudah jalan, target Juni 2025 selesai," jelasnya kepada wartawan di kantornya, Selasa (15/4/2025).
Efisiensi anggaran pemerintah yang digalakkan Presiden RI Prabowo Subianto juga berimbas pada anggaran peningkatan sarpras pendidikan. Menurut Ruby tahun ini, anggaran peningkatan sarpras pendidikan sekitar Rp 4 miliar hanya bersumber dari APBD Kota Mojokerto TA 2025.
Sedangkan dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah pusat tahun ini nihil. Padahal, tahun lalu pihaknya mendapatkan DAK sekitar Rp 5 miliar. Oleh sebab itu, sekolah-sekolah yang membutuhkan rehab ringan menggunakan BOS dari Pemkot Mojokerto (BOSDa). Nilainya Rp 92.000 per siswa per bulan.
"Banyak sekolah yang mengajukan rehab, namun kami dulukan sesuai skala prioritas karena anggaran kami terbatas," terangnya.
Peningkatan mutu pendidikan di Kota Mojokerto, tambah Ruby, juga diiringi dengan kualitas tenaga pendidik. Menurutnya, jumlah guru ASN sekitar 1.200 orang, sedangkan guru tidak tetap (GTT) sekitar 800 orang.
"Kami juga support (mendukung) ekstra kurikuler di setiap sekolah," tandasnya.
(dpe/fat)