Jumat siang jelang sore, 23 Januari 2009, Stasiun Kapas Bojonegoro menjadi sibuk. Suara keras tabrakan yang memekakkan telinga terjadi setelah lokomotif KA Rajawali dan KA Barang Antaboga saling bertumbukan. Keduanya melaju di jalur yang sama saat masuk di stasiun tersebut.
Catatan detikJatim, peristiwa itu terjadi Jumat sekitar pukul 14.30 WIB. Akibat tabrakan itu, lokomotif KA Antaboga sempat naik ke lokomotif KA Rajawali, terbalik dan kemudian jatuh ke sebelah kiri. Sementara satu gerbong KA Rajawali yang berada tepat di belakang lokomotif langsung terangkat dan ringsek.
KA Rajawali adalah kereta penumpang jurusan Surabaya-Jakarta. Saat peristiwa itu terjadi, kereta itu cukup padat penumpang. Sedangkan KA Antaboga merupakan KA barang yang sedang melaju dari Jakarta ke Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya ada ada 3 jalur rel KA di Stasiun Kapas. Namun kedua KA yang berlawanan arah tersebut bergerak di rel yang sama hingga akhirnya bertabrakan adu banteng.
Masinis KA Antaboga yang bernama Agus Supriyadi dan pembantu masinis KA Antaboga bernama Sardan tewas seketika akibat kejadian tersebut. Sementara masinis KA Rajawali bernama Didik Mardiono sempat terjepit di antara dua lokomotif KA.
Didik sempat diduga sudah meninggal oleh sejumlah orang yang melakukan proses evakuasi. Dia menarik tangan salah satu petugas di Stasiun Kapas yang turut melakukan evakuasi sehingga pertolongan segera dilakukan.
"Tubuhnya sudah terjepit gitu, tapi ternyata dia masih sadar. Dia selamat setelah pintu yang menjepitnya dipotong," kata Sunaryo pada hari itu.
![]() |
Tidak hanya menyebabkan 2 orang korban meninggal, yakni masinis dan asisten masinis KA Barang Antaboga, pada hari yang sama pihak KAI mengumumkan ada 7 penumpang yang mengalami luka-luka akibat kejadian itu.
"Total 2 orang tewas dan 7 orang luka-luka," kata Humas Daops VIII Surabaya saat itu, Sugeng Priyono. "Penyebab masih diselidiki."
Namun, seiring proses evakuasi yang dilakukan, data korban luka bertambah. Sebanyak 19 orang mengalami luka-luka dirawat di RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro dan sebagian lainnya dirujuk ke Surabaya.
Kecelakaan ini menjadi perhatian nasional. Menteri Perhubungan saat itu terjun langsung untuk melihat situasi setelah terjadinya kecelakaan. Selain itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi juga sudah diterjunkan untuk melakukan penyelidikan.
Pihak kepolisian di Bojonegoro pun melakukan penyelidikan hingga menemukan dugaan awal adanya kelalaian yang dilakukan masinis KA Rajawali yang mengabaikan sinyal untuk berhenti.
Kaur Bin Ops Reskrim Polres Bojonegoro saat itu, Iptu Suharta menyatakan ada kemungkinan kelalaian yang dilakukan masinis hingga menyebabkan terjadinya kelalaian. Ini didapatkan dari keterangan Kepala Stasiun Kapas saat itu M Faisal, serta 2 warga yang menyaksikan kejadian itu.
Suharta menjelaskan keterangan yang didapat dari kepala stasiun menyebutkan bahwa KA Rajawali terus melaju padahal sudah ada sinyal agar KA itu berhenti sebelum memasuki stasiun.
"Saat kami periksa Kepala Stasiun menyebutkan jika KA Rajawali menerobos meski sudah diberikan sinyal berhenti. Tapi itu masih belum cukup buat kami untuk menyimpulkan penyebab kecelakaan," ujarnya.
Jatim Flashback adalah rubrik spesial detikJatim yang mengulas peristiwa-peristiwa di Jawa Timur serta menjadi perhatian besar pada masa lalu. Jatim Flashback tayang setiap hari Sabtu. Ingin mencari artikel-artikel lain di rubrik Jatim Flashback? Klik di sini.
(dpe/iwd)