Mini Festival Balon Udara Meriahkan Langit Notorejo Tulungagung

Mini Festival Balon Udara Meriahkan Langit Notorejo Tulungagung

Adhar Muttaqin - detikJatim
Selasa, 08 Apr 2025 14:40 WIB
Mini Festival Balon Udara di Notorejo Tulungagung
Mini Festival Balon Udara di Notorejo Tulungagung (Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim)
Tulungagung -

Balon udara tradisional diterbangkan di Lapangan Notorejo, Kecamatan Gondang, Tulungagung dalam Mini Festival Balon Udara. Peluncuran dilakukan dengan cara yang aman dan terkendali.

Kepala Desa Notorejo Mustaqim mengatakan, festival ini diikuti oleh perwakilan delapan musala dan masjid. Berbeda dengan penerbangan balon pada umumnya yang dilepas tanpa kendali, dalam even ini setiap balon yang diterbangkan dikendalikan dengan tali, sehingga posisinya tetap berada di area lapangan.

"Ini baru pertama kami gelar. Terus terang pascakejadian petasan balon udara yang meledak di Desa Gandong dan merusak rumah itu warga kami takut untuk menerbangkan balon. Padahal sudah tradisi bertahun-tahun setiap Lebaran Ketupat," kata Mustaqim, Selasa (8/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berawal dari situ, pihaknya berkoordinasi dengan Bhabinkamtibmas dan Babinsa untuk memberi wadah kreasi bagi penggemar balon dengan cara yang lebih aman.

"Kemudian kami inisiasi untuk mini festival ini. Kami sosialisasi ke musala dan masjid, ada beberapa yang tidak ikut. Namun, delapan musala akhirnya ikut," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Kreasi balon udara yang terbuat dari kertas minyak ini selanjutnya dibawa ke lapangan untuk diterbangkan secara bersama-sama. Sebelum diterbangkan, masing masing balon diikat menggunakan tali panjang sebagai navigator agar tidak terbang bebas.

Sebelum meluncur ke atas, setiap balon diisi dengan asap dari bara api. Setelah mengembang penuh, secara perlahan balon dinaikkan ke udara.

Mini Festival Balon Udara di Notorejo TulungagungMini Festival Balon Udara di Notorejo Tulungagung Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim

Meskipun hanya delapan balon, namun even kecil ini mendapatkan sambutan positif dari masyarakat. Mereka berbondong-bondong untuk menyaksikan jalannya festival.

"Balon ini tidak ada petasannya. Untuk pembuatan satu balon itu ada yang mengeluarkan biaya antara Rp 1,5 juta sampai dengan Rp 2 juta," kata Mustaqim.

Sementara itu, salah seorang peserta, Ahmad Bahri mengatakan, untuk membuat satu unit balon dibutuhkan waktu minimal tujuh hari.

"Tujuh hari itu untuk yang motif biasa, tapi kalau motif yang lebih rumit lagi bisa lebih dari 10 hari. Untuk bahan, kami pakai kertas minyak," kata Bahri.

Pada festival ini para peserta rata-rata membuat balon dengan ukuran di bawah 20 meter. Pihaknya mengaku bersyukur ada wadah bagi para pecinta balon untuk berkreasi, sehingga tradisi yang telah ada sejak puluhan tahun silam bisa tetap dilestarikan dengan aman.

"Kalau ini aman, karena balon dikendalikan dengan tali," ujarnya.

Diakui, pada penerbangan perdana para peserta menemui banyak tantangan, sebab biasanya balon langsung dilepas, sedangkan sekarang harus dikendalikan.

"Kalau pagi masih aman karena tidak ada angin, tapi kalau agak siang anginnya kencang sehingga butuh penyesuaian untuk bisa mempertahankan agar tetap terbang," jelasnya.

Dalam even ini, beberapa balon sempat terbakar karena sulit dikendalikan akibat empasan angin.

"Ya meskipun banyak kekurangan, tapi ini termasuk sukses. Semoga ke depan lebih baik lagi," imbuhnya.

Kapolres Tulungagung AKBP Mohammad Taat Resdi mengapresiasi festival balon tersebut karena dinilai lebih aman dan bisa meminimalisir terjadinya gangguan lalu lintas penerbangan maupun bahaya lainnya.

"Karena diikat sehingga tidak menimbulkan kebakaran, tidak mengganggu jaringan listrik PLN. Kemudian ini juga bermanfaat karena UMKM pedagang banyak yang hadir, masyarakat juga senang," kata Taat.

Pihaknya mengaku akan menindaklanjuti inisiasi masyarakat ini dengan mendatangkan ahli balon udara dari Wonosobo untuk berbagai ilmu dengan para pecinta balon di Tulungagung.

"Nanti kami akan datangkan ke sini, kami undang perwakilan dari masing-masing kecamatan untuk belajar, bagaimana membuat balon yang baik. Kemudian cara menerbangkan agar bisa stabil dan bertahan lama. Mungkin bulan Mei," jelasnya.

Rencananya, Polres Tulungagung juga akan menggelar festival balon udara dengan skala yang lebih besar pada bulan Juni, sekaligus menyambut Hari Bhayangkara.

"Kami tidak hanya menegakkan aturan, tapi kami juga memfasilitasi masyarakat agar bisa tetap mengekspresikan tetapi dengan cara yang bagus dan bertanggung jawab," imbuhnya.




(hil/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads