Ratusan warga Dusun Sumberejo, Desa Munggu, Kecamatan Bungkal, terisolir setelah Jembatan Tugu ambrol akibat tak mampu menahan derasnya debit air Sungai Sumberejo. Jembatan yang telah berusia 16 tahun ini merupakan satu-satunya akses bagi warga.
Akibat kejadian ini, empat RT terdampak. Para warga hingga pelajar terpaksa menyeberangi sungai untuk beraktivitas. Jalur alternatif pun tidak bisa dilewati karena kondisi jalan sawah yang becek setelah diguyur hujan deras selama tiga jam.
Pantauan detikJatim, proses pelajar menyeberangi sungai cukup berbahaya. Mereka harus menuruni tebing setinggi tiga meter yang licin sebelum melintasi sungai dengan arus deras dan pijakan berbatu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Babinsa Desa Munggu, Serda Cahyo Arif, bahkan turut membantu delapan orang menyeberang sungai karena khawatir dengan derasnya arus.
"Sudah ada tiga anak sekolah yang menyeberang, total ada delapan orang yang saya seberangkan," jelas Cahyo kepada wartawan, Selasa (18/3/2025).
Menurut Cahyo, jembatan Tugu yang memiliki panjang 10 meter dan lebar 3 meter roboh karena tidak mampu menahan tekanan derasnya aliran sungai.
"Untuk anak-anak dianjurkan untuk tidak menyeberang, karena sangat berbahaya. Untuk orang tua saja kesulitan, arusnya cukup deras dan dasar sungai tidak rata, banyak batu-batuan," tambahnya.
Kesulitan akses ini tidak hanya dirasakan warga, tetapi juga berdampak pada aktivitas sekolah. Umi Maskurotin, seorang guru di SDN 2 Munggu, mengaku kesulitan menuju tempat mengajar karena harus menyeberangi sungai dan berjalan kaki sejauh dua kilometer.
"Ya ini kan jalan satu-satunya, poros. Kalau jembatan ambrol ya terpaksa nyebrang sungai. Setelah nyebrang sungai terpaksa jalan lagi 2 kilometer," ungkap Umi.
Sementara itu, Mohammad Sobirin, warga yang rumahnya dekat dengan jembatan, mengatakan bahwa jembatan roboh sekitar pukul 19.00 WIB setelah hujan deras selama tiga jam. Menurutnya, ada sekitar 450 warga yang kini terisolir.
"Empat RT yang terisolir. Ini akses satu-satunya, bisa dilewati kalau airnya surut. Kalau pas air naik, tidak bisa dilewati karena bahaya," pungkas Sobirin.
(irb/hil)