Pembangunan jembatan Junjung yang menjadi penghubung Kecamatan Sumbergempol dengan Boyolangu, Tulungagung terhambat oleh efisiensi anggaran. Dampaknya warga nekat melintasi jembatan yang telah rusak.
Dari pantauan detikJatim, jembatan yang berada di Desa Junjung, Kecamatan Sumbergempol ambles pada bagian penyangga tengah, sehingga patah dan terdapat rongga lebih dari 20 cm di antara kedua bagian jembatan.
Meski demikian warga yang menggunakan sepeda motor masih memanfaatkan jembatan tersebut sebagai akses transportasi. Agar bisa digunakan, rongga tengah jembatan diuruk dengan tanah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang warga yang melintas Ahmad Abror, mengatakan jembatan Junjung memiliki fungsi penting untuk penghubung Kecamatan Sumbergempol dengan Boyolangu. Sebab, kalau melintasi jalur utara harus memutar hingga 2 kilometer.
"Sebetulnya lewat utara masih bisa, tapi ya memang lebih dekat lewat sini. Setelah kerusakan para pertengahan Desember 2024 kemarin itu saya nggak lewat jembatan ini, tapi beberapa waktu lalu saya tengok kok diuruk, akhirnya ya ikut lewat sini lagi," kata Abror, Rabu (12/3/2025).
Sementara itu Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Dwi Hari Subagyo, mengatakan pihaknya telah mengusulkan pembangunan melalui Biaya Tak Terduga (BTT) Provinsi Jawa Timur. Namun, usulan tersebut tidak dapat direalisasikan karena adanya keterbatasan anggaran di tingkat provinsi.
"Sudah kami usulkan ke provinsi ternyata dibatalkan. Sekarang kami masih mencari opsi agar bisa dibangun tahun ini melalui APBD Tulungagung," kata Dwi Hari.
Menurutnya penanganan jembatan Junjung tersebut menjadi prioritas pembangunan dari pemerintah daerah. Bahkan Bupati yang baru juga sepakat untuk memprioritaskan penanganan jembatan Junjung.
"Pak Bupati juga minta ini menjadi prioritas. Kami masih upayakan agar tahun 2025 ini bisa dibangun, kami juga komunikasi lagi dengan provinsi," jelasnya.
Hari menjelaskan untuk membangun kembali jembatan Junjung dibutuhkan anggaran sekitar Rp 7 miliar. "Ya memang besar anggaran jembatan itu," imbuhnya.
Di sisi lain pihaknya mengimbau agar masyarakat tidak memanfaatkan jembatan yang putus itu untuk akses transportasi, karena berbahaya dan bisa ambles sewaktu-waktu.
"Lebih baik jangan digunakan, kalau sampai terjadi apa-apa siapa yang bertanggung jawab," katanya.
Sebagai alternatif pihaknya menyarankan agar masyarakat secara swadaya membangun jembatan bambu darurat disamping konstruksi jembatan lama, dengan catatan harus dijaga.
"Bisa saja dibuat jembatan bambu di sampingnya, tapi ya harus dijaga," imbuh Hari.
(abq/iwd)