Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sejak 2013, dikenal sebagai sosok sederhana dan dekat dengan umat. Pria kelahiran Argentina ini telah membawa banyak perubahan dalam Gereja Katolik, terutama dalam isu kemanusiaan dan reformasi internal.
Namun, di usianya yang ke-87, kesehatannya semakin menurun. Ia dilarikan ke rumah sakit pada 14 Februari 2025, setelah mengalami kesulitan bernapas, dan kini dalam kondisi kritis akibat pneumonia.
Menurut pernyataan otoritas Vatikan yang dikutip dari BBC, pada Minggu (23/2/2025), Paus Fransiskus masih dalam kondisi kritis akibat pneumonia, meski tidak menunjukkan gejala gangguan pernapasan lebih lanjut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Profil Paus Fransiskus
Nama Paus sempat ramai di media massa Indonesia saat kunjungannya ke Indonesia pada 3-6 September 2024. Dalam kunjungan singkatnya, Bapak Suci berhasil mencontohkan keteladanan tentang kesederhanaan yang memukau banyak pihak. Simak profil Paus Fransiskus berikut ini.
Latar Belakang Pendidikan
Dikutip dari situs resmi Vatikan, Paus memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio, lahir di Buenos Aires, Argentina pada 17 Desember 1936. Ayahnya Mario adalah seorang akuntan yang bekerja di perusahaan kereta api.
Setelah lulus sebagai teknisi kimia, Paus memilih jalan imamat dengan masuk Seminari Tinggi Keuskupan Villa Devoto, dan pada 11 Maret 1958, masuk novisiat Serikat Yesus. Ia menyelesaikan studinya di bidang humaniora di Chili, dan kembali ke Argentina pada 1963 untuk lulus dengan gelar Sarjana Filsafat dari Colegio de San JosΓ© di San Miguel.
Paus ditahbiskan sebagai imam oleh Uskup Agung RamΓ³n JosΓ© Castellano pada 13 Desember 1969. Ia melanjutkan pendidikannya di tahun 1970 dan 1971 di Universitas Alcala de Henares, Spanyol, dan pada 22 April 1973, mengikrarkan kaul kekalnya bersama para Yesuit.
Pada 31 Juli 1973, Paus diangkat sebagai Provinsial Serikat Yesus di Argentina. Ia melanjutkan karyanya di sektor universitas sebagai Rektor Colegio de San JosΓ© dari tahun 1980 hingga 1986, juga sebagai pastor paroki di San Miguel. Pada Maret 1986, ia pergi ke Jerman untuk menyelesaikan tesis doktoralnya.
Lalu pada 20 Mei 1992, Paus Yohanes Paulus II mengangkat Paus Fransiskus sebagai Uskup Tituler Auca dan Uskup Pembantu Buenos Aires. Tiga tahun kemudian, pada Konsistori 21 Februari 2001, Yohanes Paulus II mengangkatnya menjadi Kardinal, memberinya gelar San Roberto Bellarmino.
Saat itu, Paus meminta umat beriman untuk tidak datang ke Roma untuk merayakan pengangkatannya sebagai Kardinal, tetapi lebih baik menyumbangkan apa yang akan mereka belanjakan untuk perjalanan tersebut kepada orang miskin.
Uskup Agung di Buenos Aires
Pada 3 Juni 1997, Paus diangkat menjadi Uskup Agung Buenos Aires. Sebagai Uskup Agung, ia menggagas sebuah proyek misi yang didasarkan pada persekutuan dan evangelisasi. Ia memiliki empat tujuan utama.
Yaitu, komunitas yang terbuka dan penuh persaudaraan, kaum awam yang terinformasi memainkan peran utama, upaya evangelisasi yang ditujukan kepada setiap penduduk kota, dan bantuan kepada orang miskin dan orang sakit.
Baca juga: Romo Didik Ditahbiskan Jadi Uskup Surabaya |
Terpilih Menjadi Paus
Ia terpilih menjadi Paus Gereja Katolik ke-266 pada hari kedua Konklaf Kepausan 2013 pada 13 Maret 2013. Ia adalah imam Yesuit pertama dan orang Amerika Latin keturunan Italia pertama yang terpilih sebagai Paus. Ia menjadi Paus non-Eropa pertama dan orang dari Belahan Bumi Selatan pertama sejak Paus Gregorius III dari Suriah wafat tahun 741.
Terpilih pada usia 76 tahun, Paus dilaporkan sehat dan dokternya mengatakan jaringan paru-parunya yang hilang karena diangkat di masa mudanya, tidak mempengaruhi kesehatannya secara signifikan.
Sebagai Paus, sikapnya dikenal tidak seformal para pendahulunya. Nama kepausannya mengutip Santo Fransiskus dari Assisi sebagai orang miskin yang memberi semangat perdamaian.
Paus memilih tidak tinggal di kediaman resmi kepausan di Istana Apostolik, tetapi tetap tinggal di wisma Vatikan. Paus masih muncul di jendela Istana Apostolik untuk Doa Angelus setiap hari Minggu.
Merombak Hukum Vatikan
Paus merombak hukum Gereja Katolik Roma dengan menyatakan secara eksplisit bahwa pelecehan seksual merupakan tindak kriminal. Perombakan ini adalah perubahan hukum terbesar Vatikan menyangkut tindak pidana dalam hampir 40 tahun terakhir.
Dalam aturan baru disebutkan bahwa pelecehan seksual, perawatan anak di bawah umur untuk seks, memiliki pornografi anak, dan menutupi pelecehan merupakan tindak pidana di bawah hukum Vatikan.
Kunjungannya ke Indonesia
Kunjungan Paus ke Indonesia pada tahun 2024 adalah sebuah kunjungan kenegaraan dan pastoral yang dibuat Paus, dalam kapasitasnya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia dan kepala negara Vatikan. Kunjungan Paus ke Indonesia menjadi kunjungan yang historis.
Mengingat kunjungan ini setelah sebelumnya terakhir kali seorang Paus melakukan kunjungan ke Indonesia ialah Paus Paulus VI pada 3-4 Desember 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada 8-12 Oktober 1989. Selain bertemu pejabat tinggi negara, ia juga bertemu tokoh lintas agama, dan memimpin misa akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Kondisi Paus Fransiskus
Mengutip Vatican News, Paus masih dalam kondisi kritis meski tidak mengalami masalah kesehatan lebih lanjut. Paus memang rentan mengalami peradangan di sekitar paru-paru karena pernah menjalani operasi pengangkatan sebagian paru-paru pada usia 21 tahun.
Paus sendiri yang meminta kondisi kesehatannya dibuka untuk umum, sehingga Vatikan merilis pernyataan harian. Dalam pernyataan terbaru Vatikan mengatakan, "Ia tetap sadar dan berorientasi dengan baik".
(ihc/irb)