Massa Gelar Aksi Teatrikal 'Indonesia Gelap' di Depan DPRD Jatim

Massa Gelar Aksi Teatrikal 'Indonesia Gelap' di Depan DPRD Jatim

Esti Widiyana - detikJatim
Jumat, 21 Feb 2025 12:55 WIB
demo mahasiswa di dprd jatim jumat 21 februari 2025
Demo 'Indonesia Gelap' kritik pemerintah soal efisiensi anggaran berdampak ke rakyat (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Puluhan massa berasal dari berbagai kalangan mendatangi gedung DPRD Jatim Jalan Indrapura. Mereka berasal dari masyarakat, akademisi, mahasiswa yang tergabung dalam 'Arek Gerak dan Aliansi Masyarakat Sipil Surabaya dan Jawa Timur'.

Massa aksi 'Indonesia Gelap' mulai mendatangi kantor DPRD Jatim mulai pukul 10.15 WIB. Selain orasi juga menampilkan aksi teatrikal menggambarkan kondisi tanah air saat ini.

Dari pantauan detikJatim, massa melakukan orasi dengan menyampaikan 4 tuntutan. Mereka menuntut mengesahkan RUU pro rakyat, tolak UU anti rakyat, evaluasi kebijakan yang merugikan rakyat dan batalkan keberpihakan yang membahayakan demokrasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah massa dari perwakilan mahasiswa Unesa melakukan teatrikal dengan bergulung-gulung ke jalan tanpa kaus. Selain itu ada yang bermain biola dan seorang perempuan dengan mata tertutup mengekspresikan kelaparan.

Lalu ada seseorang yang mengenakan peci tengah makan sambil berdiri dan sambil dipayungi. Di tengah aksi, seseorang mengenakan peci itu dihampiri pria yang bergulung memegang kakinya, tapi mulutnya ditutup lakban.

ADVERTISEMENT

"Sebenarnya menggambarkan isu-isu yang sedang kita tuntut hari ini. Banyak kayak pembungkaman kritik dari seni, ada pemberedelan lukisan, pentas teater di Bandung juga dibredel, trus terakhir lagu Sukatani yang "bayar, bayar, bayar" itu juga dibredel," kata Muhammad Abdul Gani Bima, Jumat (21/2/205).

"Tadi orang bersongkok sedang makan itu juga melambangkan penggemukan kabinet yang sedang dialami oleh negara kami, dan itu tidak ada gunanya sebenarnya, mereka hanya membagi-bagi kekuasan. Mungkin politik balas budi. Bagaimana presiden ini membagi-bagi kekuasaannya kepada orang yang mendukung dia, akhirnya dia akan mendapatkan jatah-jatah makan saja, sedangkan rakyat di sini kelaparan," tambahnya.

Gani mengaku aksi rekannya yang bergulung-gulung itu menyimbolkan kemiskinan yang tidak pernah usai. Setiap pergantian penguasa, maka ada kemiskinan baru.

"Itu sebuah ironi yang terus kita alami, kita sudah merdeka, tetapi kenapa rakyat ini masih lapar, penguasa itu joget-joget, mereka mendapat fasilitas mewah. Kita di sini yang membayar pajak, kita dipaksa membayar pajak, tetapi fasilitas yang kita dapat tidak sepadan. Tadi penari ditutup matanya itu juga menyimbolkan itu Ibu Pertiwi sedang memperindah negara kita, ya para penguasa selalu merusaknya dengan tambang, penggundulan hutan, kelapa sawit dan lainnya," jelasnya.

Sementara Koordinator aksi Thanthowy Syamsuddin mengatakan, massa juga menyoroti Danantara yang masuk ke UU BUMN. Lalu dalam tata kelola dewas dan struktur diisi elit dan oligarki nasional.

"Kami melihatnya itu bagi-bagi kue ekonomi untuk investasikan uang rakyat/negara secara legal. Kalau tata kelola buruk bisa berakhir dengan investasi di Malaysia dan tempat lain. Kita bisa berkaca di Jiwasraya dengan ketentuan OJK, pengawasan supervisi dari BI bisa lolos, gimana ini. Menurut sejumlah penuturan ahli bisa lepas dari konteks UU Kerugian Negara. Kami melawan konsep Danantara tanpa tata kelola yang solid, transparan dan akuntabel," kata Thanthowy.

Aksi ini berlangsung lebih dari 1 jam. Mereka melanjutkan dengan salat Jumat. Sementara aksi massa ini tidak menghambat lalu lintas. Polisi juga tampak berjaga di lokasi.




(esw/fat)


Hide Ads