Ricuhnya Demo Mahasiswa Surabaya Tolak Efisiensi Pendidikan

Round-Up

Ricuhnya Demo Mahasiswa Surabaya Tolak Efisiensi Pendidikan

Fatichatun Nadhiroh - detikJatim
Selasa, 18 Feb 2025 07:30 WIB
Ribuan Mahasiswa Surabaya Geruduk DPRD Jatim Tolak Efisiensi Pendidikan
Demo mahasiswa di Surabaya tolak efisiensi pendidikan ricuh (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Ribuan mahasiswa di Surabaya melakukan aksi tolak efisiensi pendidikan di DPRD Jatim Jalan Indrapura. Aksi mahasiswa Unair, Unesa, UINSA, Untag, UPN, hingga Unitomo tersebut diwarnai kericuhan hingga polisi menyemprotkan water cannon untuk memukul mundur massa mahasiswa.

Kericuhan dipicu lantaran mahasiswa membakar keranda, namun polisi berusaha memadamkan api. Beberapa di antara mereka membawa keranda bertuliskan 'Indonesia Gelap'. Mahasiswa lain mengumpulkan banner dan kertas berisi sejumlah tuntutan yang mereka bawa dan mulai membakarnya.

Mahasiswa ini ternyata telah membekali diri dengan bensin dalam botol air mineral untuk mempercepat nyala api. Begitu api dari pembakaran keranda dan banner semakin besar dan asapnya semakin tebal, polisi turun tangan. Sejumlah petugas berupaya memadamkan api dengan menyiramkan air.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini justru memicu amarah beberapa mahasiswa. Mereka mulai melemparkan botol ke arah petugas. Aksi ini memancing mahasiswa lain untuk melakukan hal yang sama sehingga petugas kembali harus melakukan tindakan.

Tampak sejumlah petugas berupaya menghalau mahasiswa dengan menghampiri massa. Pada saat itulah beberapa mahasiswa nyaris terpancing emosi untuk melakukan kekerasan tapi diingatkan oleh orator di atas mobil komando.

ADVERTISEMENT

"Jangan terpancing, jangan terpancing!" kata orator tersebut, Senin (17/2/2025).

Mereka sebelumnya berorasi menyampaikan beberapa kritik atas kebijakan pemerintah yang tidak mewakili suara rakyat. Mereka meminta pimpinan DPRD Jatim keluar menemui massa.

"Kami menyoroti keputusan sektor pendidikan tidak becus sama sekali. Kami menuntut dewan pelayan rakyat mendengarkan aspirasi kami. Kami datang ke sini bukan tidak bawa apa-apa, tapi bawa tuntutan. Kami tidak mau negara kita bobrok dan kalah dengan negara lain. Hari ini pendidikan telah dipersekusi lagi," kata salah satu orator dari Unesa, Senin (17/2/2025).

"Kami tidak butuh makan siang gratis jika pendidikan kian miris!" Serunya diikuti riuh rendah suara massa mahasiswa.

Mahasiswa membawa sejumlah kertas berisi tulisan yang mengaspirasikan kekecewaan terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran. Tulisan itu seperti 'Bubarkan Negara', 'Prabowo Impoten', 'Pak Prabowo Kami Butuh Pendidikan Gratis Bukan Makan Siang Gratis', 'Batalkan Efisiensi Anggaran Pendidikan'.

Lalu ada yang menuliskan kalimat 'Pemerintah Bablas Anggaran Dipangkas Konstitusi Dilibas #IndonesiaGelapMatiLampu' beserta gambar yang dinamai 'fufufafa'.

Sementara Ketua DPRD Jatim, Musyafak Rouf didesak menelepon Prabowo atau Puan Maharani dan mengaku tak punya nomor keduanya.

"Saya nggak punya teleponnya Mbak Puan, saya ndak punya nomor teleponnya Pak Prabowo. Maaf saya ndak punya. Demi Allah saya orang Islam, nggak duwe (Tidak punya)," jawab Musyafak.

Musyafak kembali menyatakan bahwa dirinya juga tidak mempunyai nomor Seskab Mayor Teddy. Hingga Sekretaris DPRD Jatim M Ali Kuncoro menunjukkan ponselnya dan mengaku dia punya nomor Mayor Teddy. Sayangnya, sambungan telepon itu ditolak oleh Mayor Teddy.

"Sayangnya Mayor Teddy menolak panggilan ini, kawan-kawan," ujar Presiden BEM Unair, Aulia Thaariq Akbar diikuti riuh rendah suara 'huu' dari mahasiswa yang berunjuk rasa menandakan kekecewaan mereka.

Kali itu, Musyafak tidak bisa memenuhi tuntutan mahasiswa. Bukan karena apa, dia beralasan bahwa dirinya tidak memiliki nomor telepon Presiden Prabowo maupun Ketua DPR RI Puan Maharani.

"Saya nggak punya teleponnya Mbak Puan, saya ndak punya nomor teleponnya Pak Prabowo. Maaf saya ndak punya. Demi Allah saya orang Islam, nggak duwe (Tidak punya)," jawab Musyafak.

Mahasiswa tetap mendesak Musyafak agar menelepon pemerintah pusat. Kalau tidak bisa menelepon Prabowo atau Puan, mereka meminta Musyafak menelepon Sekretaris Kabinet Mayor Teddy.

Musyafak kembali menyatakan bahwa dirinya juga tidak mempunyai nomor Seskab Mayor Teddy. Hingga Sekretaris DPRD Jatim M Ali Kuncoro menunjukkan ponselnya dan mengaku dia punya nomor Mayor Teddy. Sayangnya, sambungan telepon itu ditolak oleh Mayor Teddy.

"Sayangnya Mayor Teddy menolak panggilan ini, kawan-kawan," ujar Atta diikuti riuh rendah suara 'huu' dari mahasiswa yang berunjuk rasa menandakan kekecewaan mereka.

Atta kembali meminta agar Ali kembali menelepon Mayor Teddy sampai diangkat. Dia mengatakan dirinya akan menjelaskan kepada Mayor Teddy tentang niat mereka menyampaikan aspirasi dan tuntutan. Namun Ali menolak dan mengambil ponselnya.

Setelah itu Musyafak bersama Ali turun dari mobil komando. Massa mahasiswa berupaya mengadang mereka dan sebagian lainnya melempari Ketua DPRD Jatim itu dengan botol air mineral, tapi sejumlah petugas kepolisian mengawal keduanya hingga masuk ke Gedung DPRD Jatim.

Mahasiswa tetap menuntut agar Ketua DPRD Jatim keluar menemui mereka dan memberikan kabar bahwa dirinya sudah berhasil menghubungi Puan Maharani. Tapi Musyafak tak kunjung keluar dan situasi mulai memanas. Mahasiswa berupaya masuk ke DPRD Jatim dihalau mobil water canon.

Pada akhirnya sejumlah personel Dalmas dan Brimob yang diterjunkan untuk mengontrol situasi di lapangan yang mulai ricuh berhasil memukul mundur mahasiswa hingga massa pada akhirnya membubarkan diri.



Simak Video "Video: 2 Mahasiswa Sandera Polisi saat May Day Terancam 7 Tahun Penjara "
[Gambas:Video 20detik]


Hide Ads