Dinkes Surabaya Tingkatkan Skrining Kesehatan dan Vaksinasi Cegah Pneumonia

Dinkes Surabaya Tingkatkan Skrining Kesehatan dan Vaksinasi Cegah Pneumonia

Aprilia Devi - detikJatim
Sabtu, 15 Feb 2025 12:40 WIB
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina/Foto: Istimewa
Surabaya -

Pemkot Surabaya berupaya untuk mencegah penularan penyakit paru-paru pneumonia. Hal ini dilakukan melalui peningkatan skrining kesehatan dan akses vaksinasi.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina mengatakan, deteksi dini penyakit pneumonia telah dilakukan pada balita lewat skrining kesehatan setiap tahun di Puskesmas.

"Dinkes Surabaya terus melakukan skrining kesehatan terintegrasi sejak tahun 2024, dan terintegrasi dengan pengendalian penyakit tidak menular maupun menular, serta program kesehatan lainnya," kata Nanik, Sabtu (15/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melalui pendekatan terpadu tersebut, Nanik berharap deteksi dini mengenai masalah kesehatan bisa dilakukan dengan lebih efektif.

"Integrasi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan, memastikan cakupan yang lebih luas, dan memberikan pelayanan yang komprehensif kepada masyarakat," tutur Nanik.

ADVERTISEMENT

Selain itu, Dinkes Surabaya juga meningkatkan akses vaksinasi sebagai langkah preventif untuk mencegah pneumonia.

Nanik mengungkapkan, dari upaya yang dilakukan, berdasarkan data laporan fasilitas layanan kesehatan di Kota Surabaya, terjadi penurunan sebesar 7,6 persen terkait kasus pneumonia.

"Berdasarkan data laporan Fasyankes di Kota Surabaya, tren 3 tahunan data pelaporan menunjukkan adanya penurunan sebesar 7,6 persen," ungkapnya

Kemudian sebagai upaya promotif, Dinkes pun rutin menggelar sosialisasi deteksi dini pneumonia pada balita dan orang tua balita melalui Posyandu. Sekaligus sosialisasi pentingnya ASI eksklusif serta nutrisi yang baik bagi balita, hingga penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Nanik menyebut, ada sejumlah faktor seperti polusi udara, infeksi virus, dan perilaku hidup yang bisa berkontribusi terhadap penyebaran pneumonia di Kota Surabaya.

Oleh karena itu, upaya pencegahan seperti vaksinasi, edukasi kesehatan, serta pengawasan kualitas udara sangat penting dilakukan dengan terintegrasi untuk mengurangi faktor risiko juga kejadian kasus pneumonia di tengah masyarakat.

"Beberapa faktor penyebab pneumonia, antara lain infeksi bakteri, infeksi jamur, infeksi virus, faktor lingkungan, faktor komorbid, faktor usia, dan sistem imun yang lemah," beber Nanik.

Masyarakat pun diimbau agar bisa mengenali gejala pneumonia pada balita dengan menghitung frekuensi nafas balita yang batuk ataupun mengalami kesulitan bernafas yang terjadi kurang dari 2 minggu.

"Begitupun apabila ditemui adanya balita yang mengalami napas cepat, segera memeriksakannya ke layanan kesehatan terdekat," ucap Nanik.

Sementara pada orang dewasa, apabila mengalami batuk selama kurang dari 2 minggu, juga diminta untuk segera ke layanan kesehatan.

"Beberapa ciri pneumonia yang dapat dikenali oleh masyarakat, antara lain mengalami batuk yang mungkin disertai dengan dahak, yang bisa berwarna kuning, hijau, atau bahkan berdarah. Lalu sesak napas, kesulitan bernafas atau nafas yang cepat dan dangkal," jelas Nanik.

Kemudian demam disertai dengan menggigil, nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada terutama saat batuk, kelelahan yang berlebihan dan kurang energi, serta gejala flu seperti pilek, sakit tenggorokan, dan nyeri tubuh yang umum terjadi pada infeksi saluran pernapasan atas.

Dalam upaya pencegahan pneumonia ini, Nanik menegaskan bahwa Dinkes Surabaya juga bekerjasama dengan Dinkes Provinsi Jawa Timur dan Balai Besar Karantina Kesehatan (BBKK) Surabaya, baik di bandara maupun di pelabuhan.

Tujuannya untuk mengidentifikasi penyakit menular, termasuk Pneumonia atau penyakit lainnya yang berpotensi dibawa oleh pelaku perjalanan internasional.

"Kami melakukan pemantauan dan pelacakan kontak, memberikan edukasi dan sosialisasi, pelaksanaan respon cepat terhadap potensi wabah, melakukan pertukaran data dan informasi penyakit potensial wabah maupun data kontak, serta memberikan pelatihan dan peningkatan kapasitas terkait hal tersebut," pungkasnya.




(hil/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads