Rencana pesiar naik yacht pasutri Aussie, Watt Peter John (63) dan Delves Catherine Winifred (61) gagal total. Usai berlibur ke Bali mereka gagal ke tujuan berikutnya, yakni di Karimunjawa.
Di tengah perjalanan mengarungi selat Bali ke kepulauan Karimunjawa, mereka terjebak cuaca buruk di barat utara Pulau Gili Iyang, kepulauan Sumenep. Angin kencang, gelombang tinggi.
Ditambah lagi mesin kapal mereka mendadak mati. Mereka terpaksa mengembangkan layar, terombang-ambing di tengah lautan luas menanti pertolongan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rabu (29/1) siang, kapal mereka mendekati pesisir Pulau Gili Iyang di Desa Bancamara, Dungkek, Sumenep. Peter dan Catherine menembakkan suar meminta pertolongan warga.
Dari Yacht itu Peter menembakkan suar hingga 5 kali. Tapi hingga menjelang petang tak ada satu pun kapal yang datang untuk membantu mereka.
Sebenarnya, warga Bancamara sudah mengetahui keberadaan Yacht milik Peter dan Catherine sejak mereka menembakkan suar siang itu. Tapi ombak terlalu besar.
Warga sudah berupaya menuju ke Yacht untuk membantu awak kapal tapi perahu mereka tak mampu menembus ganasnya angin kencang dan gelombang tinggi.
Ketika matahari nyaris terbenam, Peter dan Catherine menyadari bahwa laut sedang surut. Mereka pun menyadari kapal kesayangan mereka kandas terantuk karang.
Peter dan Catherine yang meski sudah lanjut usia tak kehilangan daya hidup. Mereka nekat terjun dari kapal dan mulai berenang dengan bantuan papan pelampung yang ada di Yacht.
Warga Bancamara yang melihat itu tak tinggal diam. Mereka menyongsong kedatangan pasangan bule itu hingga di tepian pantai dan menolong mereka untuk mentas ke dataran.
Masalah selanjutnya datang. Warga setempat tidak mengerti apa yang disampaikan Peter dan Catherine. Mereka tidak memahami Bahasa Inggris dengan aksen Australia itu.
"Saat sudah menjelang Magrib warga ramai ada yang menghubungi saya katanya bulenya turun berenang tetapi warga tidak ngerti bahasanya, akhirnya saya ke situ," kata Hariyanto, warga setempat, Jumat (31/1).
Hariyanto yang pernah merantau ke Bali sudah biasa berbincang dengan bule. Dia juga yang sempat menggerakkan warga untuk menolong awak Yacht yang terdampar meski tak berhasil.
Peter dan Catherine mengatakan mereka melepas suar memang untuk meminta bantuan. Hariyanto pun mengatakan warga sudah berupaya membantu tapi terhalang cuaca buruk.
Hariyanto mengajak pasutri Aussie itu ke rumahnya karena karena melihat kondisi mereka kedinginan dan kecapaian. Di rumahnya, Hariyanto menawarkan baju ganti dan menawarkan makanan.
Dalam video warga yang beredar di media sosial, warga begitu antusias menyambut pasutri itu. Peter diminta memakai sarung dan baju seadanya, sedangkan Catherine memakai daster.
"Mereka saya tawari makan. Apakah mau makanan seperti ini, cuma nasi dan ikan? Ternyata mereka mau," kata Hariyanto.
Setelah ganti baju, makan, dan berisitirahat, keesokan harinya Peter dan Catherine melihat kondisi kapal mereka. Yacht itu mengenaskan di tengah laut yang masih surut.
"Posisi kapalnya sekarang miring di atas batu dan sulit ditarik ke laut lagi karena berat," ujar Hariyanto. "Kalau mau ditarik butuh tenaga banyak dan harus nunggu air pasang biar bisa mengapung baru bisa diarahkan ke laut."
Peter mengaku sudah menghubungi mekanik langganannya di Banyuwangi. Mekanik kapal itu berencana datang ke Gili Iyang untuk memperbaiki kapal atau menariknya ke Banyuwangi.
Tapi karena kondisi cuaca belum memungkinkan sang mekanik harus menunggu cuaca membaik. Kapal pesiar kecil yang kandas di pantai itu pun menjadi tontonan warga setempat.
Meski gagal ke Karimunjawa, setidaknya Peter dan Catherine telah mendapatkan pengalaman baru dan mengenal warga Bancamara yang begitu ramah menyambut mereka seperti di rumah sendiri.
(dpe/iwd)