Sebanyak 35 guru di Jatim mengembangkan literasi keagamaan lintas budaya (LKLB). Institut Leimena kembali menggembleng guru dengan penerapan LKLB dan kali ini digelar bersama Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kegiatan workshop LKLB berlangsung mulai 31 Januari sampai 2 Februari 2025 diikuti 35 guru Agama Islam, Kristen, Buddha, dan Hindu. Para guru berasal dari Surabaya, Lamongan, Malang, Mojokerto, Kediri, Bondowoso, Banyuwangi, dan sejumlah daerah lainnya.
Sejak tahun 2021, program LKLB telah melatih 9.258 guru dan pendidik lainnya. Termasuk penyuluh agama, dan semuanya tersebar di 37 provinsi di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Program Institut Leimena Daniel Adipranata mengatakan, LKLB yang ini pihaknya menggandeng puluhan mitra lembaga pendidikan dan keagamaan. Program LKLB menyasar guru yang memiliki peran strategis tuk membawa perubahan nyata di masyarakat.
"Kita mungkin mempunyai tradisi dialog lintas agama, tapi sebenarnya itu hanya menyentuh kalangan elitis, seperti pemuka atau tokoh agama mungkin tidak ada masalah, tapi di bawah belum tentu dan belum ada infrastruktur untuk membangun toleransi sampai ke masyarakat," kata Daniel ditemui detikJatim di Hotel Santika Pandegiling Surabaya, Jumat (31/1/2024).
Menurutnya, toleransi tidak hanya sebatas pengetahuan. Tetapi harus mengalami langsung lewat interaksi dengan mereka yang berbeda agama.
"Program LKLB memungkinkan hal itu, misalnya, guru Muslim bisa bertanya apa saja tentang agama Kristen kepada pendeta, sebaliknya guru Kristen juga bisa bertanya langsung kepada ustaz," ujarnya.
Sementara, Guru Besar Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Dr Inayah Rohmaniyah mengatakan program LKLB dimulai dari gagasan para tokoh seperti almarhum Buya Syafii Maarif, Alwi Shihab, dan Amin Abdullah.
Ia menjelaskan program LKLB ini membekali guru dengan kompetensi dan keterampilan konkret untuk berpikir kritis. Termasuk pengajaran agama di sekolah yang lebih mengedepankan indoktrinasi.
"Kami menyaksikan langsung bahwa mekanisme perubahan lewat model LKLB sangat efektif karena dimulai dari diri sendiri dengan memberikan pemahaman lalu kita bawa ke ranah sikap, dimana para guru yang berbeda agama duduk bersama, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, dan berkolaborasi," jelas Prof Inayah.
Pada kegiatan ini, para guru yang mengampu berbagai mata pelajaran didampingi membuat rencana pelaksanaan pembelajaran atau program berunsur nilai-nilai LKLB. 35 Guru juga bisa berdialog langsung dengan pemuka agama lewat acara kunjungan ke rumah ibadah pada Sabtu (1/2/2025).
Besok guru-guru akan mengunjungi rumah ibadah di Surabaya. Seperti Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pregolan Bunder dan Pura Agung Jagat Karana.
"Jadi sepulang dari workshop ini, para guru sudah membawa RPP atau program yang bisa langsung mereka terapkan di sekolah. Ini diharapkan menjadi gerakan masif, bola salju yang kita harapkan bisa membawa perubahan ke depannya," pungkasnya.
(dpe/iwd)