Kampus Bakal Bisa Kelola Tambang, Rektor Unair: Pernah Kami Usulkan

Kampus Bakal Bisa Kelola Tambang, Rektor Unair: Pernah Kami Usulkan

Esti Widiyana - detikJatim
Sabtu, 25 Jan 2025 06:30 WIB
Rektor Unair Prof M Nasih di kampus B.
Rektor Unair Prof M Nasih ditemui di kampus B. (Foto: Dok. Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Perguruan tinggi (PT) diusulkan masuk daftar institusi pengelola tambang. Usulan ini dibahas DPR RI dalam revisi UU Mineral dan Batu Bara (Minerba). Rektor Universitas Airlangga (Unair) Prof M Nasih pernah mengajukan usulan tersebut.

"Jauh sebelum ini, bahkan sebelum Pak Prabowo dilantik pernah ada wacana, bahkan saya juga pernah melontarkan bahwa perguruan tinggi mestinya bisa di berbagai macam kesempatan. Waktu itu ada di pengukuhan guru besar yang dihadiri Ketum Muhammadiyah, saya juga menyampaikan, Unair juga salah satu yang kita usulkan mendapatkan tambang," kata Prof Nasih saat ditemui detikJatim di Unair kampus B, Jumat (24/1/2025).

"Tapi bayangan kita dalam kondisi normal, karena kita memang kaya. Itu sebenarnya asal muasalnya. Diskusi awal sudah ada. Kemudian ditindaklanjuti karena ada berbagai macam perkembangan dan tuntutan," tambahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait usulan terkait RUU Minerba bahwa kampus bisa mengelola tambang, Prof Nasih tidak gamblang menyatakan setuju atau tidak. Tapi baginya niatan itu bagus.

"Bukan soal setuju nggak setuju, intinya kita ada di dunia kampus, melihat niatannya menurut saya bagus. Kalau niatan ini direalisasikan, tentu dengan berbagai macam syarat, tentu kami juga akan menyambut dengan baik," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Prof Nasih mengatakan bahwa yang harus benar-benar diperhatikan adalah bisnis. Apalagi bisnis tambang dinilai bukan pekerjaan mudah, terlebih bila lokasi tambang jauh, terpencil, dan lainnya.

"Ini bukan pekerjaan mudah. Sehingga mesti dipahami di masa-masa awal pasti akan banyak 'pengorbanan', kalau nggak boleh dikatakan investasi yang harus dilakukan perguruan tinggi. Persoalannya, mampukah perguruan tinggi mengambil investasi itu? Kalau mengambil jalan pintas sebenarnya bisa saja, diserahkan ke perusahaan apa, untuk apa," jelasnya.

Menurutnya, tidak ada bisnis yang tiba-tiba untung. Paling tidak membutuhkan waktu 3-4 tahun baru dapat untung. Kendala lain adalah pada persoalan di mana bila perguruan tinggi sebagaimana ormas seperti Muhammadiyah atau NU mendapatkan 'bekas tambang' yang sudah ditinggalkan pendahulunya.

Namun menurutnya hal ini harus diidentifikasi lebih lanjut. Salah satunya, perguruan tinggi harus melakukan konservasi dengan siapa, di dalamnya masih ada tambangnya atau tidak?

"Kalau ada jaraknya di mana yang dekat dengan kota, di permukaan sudah habis. Lalu penggalian yang sangat dalam, investasinya sangat sangat banyak," ujarnya.

Ketika diidentifikasi, kata Prof Nasih, bisa memberikan manfaat karena tujuannya untuk meringankan perguruan tinggi. Bila tujuannya itu, maka Unair akan menyambut dengan baik.

"Kita mesti paham kelola bisnis itu tidak mudah, apalagi bisnis tambang yang lokasinya di berbagai macam wilayah menjadi rebutan berbagai macam pihak, kalau nggak kuat benar termasuk modal dan macam-macam menjadi hal yang patut, ya," urainya.

"Bagi Unair sih gampang saja, tapi lagi-lagi nanti urusannya dengan investasi. Unair sudah punya PT macam-macam, nanti bisa mengelola. Untuk bisa mengeruk tambang yang dalamnya kilometer dan jarak bisa sangat jauh tentu perlu investasi tidak sedikit. Nyucuk atau tidak, kalau nggak nyucuk ya mohon maaf, kalau nyucuk tentu perguruan tingi akan dengan senang hati bisa menerima kesempatan yang sangat baik ini," pugkasnya.




(dpe/iwd)


Hide Ads