Daftar Satwa Langka yang Menghuni Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Daftar Satwa Langka yang Menghuni Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Mira Rachmalia - detikJatim
Kamis, 23 Jan 2025 12:00 WIB
macan tutul Jawa TNBTS
Macan Tutul Jawa di TNBTS. Foto: TNBTS
Surabaya -

Belum lama ini, dua ekor macan tutul yang diduga merupakan induk dan anakan macan tutul Jawa yang masih eksis di alam liar terekam di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Dari hasil pemantauan, diprediksi ada lebih dari 20 sampai 24 ekor macan tutul di sana.

Sejak 2015, TNBTS ditetapkan sebagai cagar biosfer UNESCO. Cagar biosfer adalah wilayah atau kawasan yang terdiri dari daratan, perairan, dan pantai yang bertujuan mencapai keselarasan antara kebutuhan konservasi keanekaragaman hayati, sosial, dan ekonomi berkelanjutan, yang diharapkan berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

Satwa Langka Penghuni TNBTS

Dilansir dari situs resminya, berdasarkan data tahun 2015, terdapat 38 jenis satwa liar yang dilindungi terdiri dari 24 jenisaves, 11 jenis mamalia, 1 jenis reptil, dan 2 jenisinsekta. Berikut beberapa satwa langka yang dilindungi di TNBTS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Lutung Jawa

Pelepasliaran 2 Lutung Jawa betina di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.Pelepasliaran 2 Lutung Jawa betina di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Foto: Nur Hadi Wicaksono/detikJatim)

Lutung Jawa adalah primata endemik Pulau Jawa, Bali, dan beberapa pulau kecil di sekitarnya. Lutung Jawa memiliki ciri khas bulu berwarna hitam legam atau jingga keemasan (pada individu muda). Hewan ini hidup berkelompok dalam hutan hujan tropis dan mangrove, serta dikenal pemakan daun (folivora) dengan tambahan buah-buahan dan bunga.

ADVERTISEMENT

Sebagai spesies yang terancam punah akibat hilangnya habitat dan perburuan, Lutung Jawa dilindungi undang-undang di Indonesia. Upaya konservasi terus dilakukan untuk melestarikan populasi hewan ini di habitat aslinya.

2. Elang Jawa

Dirgahayu, Elang Bido Ras Jawa penghuni kandang edukasi di Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK). (Foto: Wisma Putra/detikJabar)Dirgahayu, Elang Bido Ras Jawa penghuni kandang edukasi di Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK). (Foto: Wisma Putra/detikJabar) Foto: Wisma Putra/detikJabar

Elang Jawa adalah burung pemangsa endemik Pulau Jawa yang dikenal sebagai simbol satwa nasional Indonesia, sering disebut sebagai "Garuda". Burung ini memiliki ciri khas jambul tegak di kepalanya, bulu cokelat tua dengan bagian bawah berwarna putih keemasan, dan ekor bergaris-garis.

Elang Jawa biasanya hidup di hutan pegunungan hingga ketinggian sekitar 3.000 meter di atas permukaan laut. Populasi elang Jawa di alam liar sangat terbatas, diperkirakan hanya tersisa sekitar 300-500 ekor. Hal ini menjadikannya salah satu spesies yang sangat terancam punah.

Penurunan populasi utamanya disebabkan kerusakan habitat akibat deforestasi dan perburuan liar. Elang Jawa adalah hewan soliter yang membangun sarang besar di pohon-pohon tinggi. Sebagai predator, burung ini memangsa berbagai jenis hewan kecil, seperti mamalia kecil, burung lain, dan reptil.

3. Macan Tutul Jawa

Macan tutul jawa WahyuMacan tutul jawa Foto: dok. KLHK

Macan tutul Jawa adalah subspesies macan tutul yang endemik di Pulau Jawa. Hewan ini merupakan predator puncak di ekosistem hutan Jawa dan memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan populasi mangsanya. Macan tutul Jawa memiliki dua variasi warna, berbintik kuning keemasan dan hitam pekat dengan pola tutul yang khas pada bulunya.

Macan tutul Jawa hidup di berbagai habitat, termasuk hutan hujan tropis, hutan pegunungan, hingga savana. Hewan ini bersifat soliter dan lebih aktif pada malam hari (nokturnal), meskipun terkadang beraktivitas pada siang hari di tempat-tempat yang aman. Mereka adalah pemburu yang andal, memangsa rusa, kijang, babi hutan, dan mamalia kecil lainnya.

4. Kancil

KancilKancil Foto: Getty Images/iStockphoto/Reezky Pradata

Kancil adalah mamalia kecil dari keluarga Tragulidae yang dikenal sebagai salah satu hewan terkecil di dunia dalam kelompok ungulata (mamalia berkuku genap). Kancil memiliki tubuh ramping dengan panjang sekitar 40-55 cm dan berat 1,5-2,5 kg.

Warna bulunya cokelat kemerahan dengan pola putih pada bagian perut dan leher. Kancil dapat ditemukan di berbagai habitat, termasuk hutan hujan tropis, hutan bakau, dan semak belukar. Hewan ini tersebar luas di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Kancil adalah hewan soliter dan lebih aktif pada malam hari (nokturnal). Mereka hidup dengan bersembunyi di antara semak belukar untuk menghindari predator. Kancil memiliki kebiasaan makan tumbuhan (herbivora), termasuk buah-buahan yang jatuh, daun, dan tunas muda.

5. Trenggiling

Trenggiling yang ditemukan di pekarangan rumah warga di Ponorogo.Trenggiling yang ditemukan di pekarangan rumah warga di Ponorogo. Foto: Charolin Pebrianti/detikJatim

Trenggiling adalah mamalia bersisik yang termasuk dalam famili Manidae. Hewan ini memiliki tubuh panjang yang ditutupi sisik keras berbahan keratin, memberikan perlindungan dari predator. Panjang tubuhnya sekitar 40-65 cm dengan ekor yang hampir sepanjang tubuhnya.

Trenggiling tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Mereka hidup di berbagai habitat, seperti hutan hujan tropis, hutan sekunder, serta lahan perkebunan. Hewan ini lebih aktif di malam hari (nokturnal) dan sering membuat sarang di lubang pohon atau tanah.

Trenggiling adalah pemakan serangga (insektivora), terutama semut dan rayap. Mereka menggunakan lidah panjang dan lengket untuk menangkap mangsanya. Trenggiling dikenal sebagai hewan yang sangat pemalu dan ketika merasa terancam, mereka akan menggulung tubuhnya menjadi bola sebagai mekanisme pertahanan.

6. Rangkong Badak

Petugas memberi pakan kepada burung rangkong badak (Rhinoceros hornbill)  koleksi Taman Burung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Sabtu (9/5/2020). Akibat ditutupnya TMII selama pandemi COVID-19, pengelola mengalami kesulitan penyediaan pakan untuk satwa-satwa koleksi sehingga mereka membuka donasi dengan target Rp180 juta untuk persediaan pakan Juni-Juli 2020. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp.Petugas memberi pakan kepada burung rangkong badak (Rhinoceros hornbill) koleksi Taman Burung di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Sabtu (9/5/2020). Akibat ditutupnya TMII selama pandemi COVID-19, pengelola mengalami kesulitan penyediaan pakan untuk satwa-satwa koleksi sehingga mereka membuka donasi dengan target Rp180 juta untuk persediaan pakan Juni-Juli 2020. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp. Foto: ADITYA PRADANA PUTRA/Antara

Rangkong badak adalah burung besar dengan ciri khas berupa paruh panjang melengkung berwarna kuning terang dan struktur menyerupai tanduk (cask) di atasnya. Burung ini memiliki tubuh hitam dengan leher dan ekor putih, serta lingkar mata yang cerah pada individu jantan.

Rangkong badak hidup di hutan hujan tropis dan hutan dataran rendah di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Mereka sering terlihat di kanopi hutan yang tinggi. Makanan utamanya adalah buah-buahan, terutama buah ara, tetapi juga memakan serangga, reptil kecil, dan burung kecil.

Rangkong badak bersifat monogami dan memiliki kebiasaan unik saat bertelur. Betina akan berlindung dalam lubang pohon yang disegel menggunakan lumpur, hanya menyisakan celah kecil untuk jantan memberi makanan. Burung ini juga berperan penting dalam ekosistem sebagai penyebar biji.

7. Ular Kobra Jawa

Ular kobra Jawa yang ditangkap Relawan RCTD di Desa Tulas, Klaten, Rabu (28/7/2021).Ular kobra Jawa yang ditangkap Relawan RCTD di Desa Tulas, Klaten, Rabu (28/7/2021). Foto: dok. RCTD

Ular kobra Jawa adalah spesies ular berbisa yang endemik di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Ular ini memiliki panjang tubuh sekitar 1,2-1,8 meter dengan warna bervariasi dari cokelat keabu-abuan hingga hitam. Salah satu ciri khasnya adalah kemampuannya mengembangkan leher menjadi seperti tudung saat merasa terancam.

Kobra Jawa hidup di berbagai habitat, seperti hutan, lahan pertanian, hingga daerah pemukiman, terutama di area yang dekat dengan sumber air. Ular ini adalah karnivora yang memangsa tikus, katak, burung, dan reptil kecil, menjadikannya pengendali alami populasi hama.

Kobra Jawa bersifat agresif jika terganggu, dan memiliki bisa neurotoksik yang sangat berbahaya. Namun, mereka cenderung menghindari manusia jika tidak merasa terancam. Sebagai satwa yang penting dalam ekosistem, ular ini membantu menjaga keseimbangan populasi mangsanya, meskipun sering dianggap berbahaya bagi manusia.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads