Profil Satryo Soemantri Brodjonegoro, Menteri Dikti yang Didemo Pegawai

Profil Satryo Soemantri Brodjonegoro, Menteri Dikti yang Didemo Pegawai

Mira Rachmalia - detikJatim
Selasa, 21 Jan 2025 10:15 WIB
Menteri Ristek Dikti Satryo Soemantri Brodjonegoro
Menteri Ristek Dikti Satryo Soemantri Brodjonegoro. Foto: Wisma Putra
Surabaya -

Banyak mata saat ini tertuju pada Kementerian Pendidikan Tinggi. Orang nomor satu di Kementerian itu, Satryo Soemantri Brodjonegoro didemo ramai-ramai oleh ratusan pegawainya pada Senin (20/1/2025).

Dengan menggunakan baju serba hitam, mereka berunjuk rasa di lobi Kantor Kementerian Pendidikan Tinggi. Beberapa spanduk berwarna hitam juga turut dibawa sebagai media menyuarakan tuntutan.

Aksi demo ini menuntut menteri turun dari jabatannya. Beberapa pegawai bersaksi bahwa tindakan Menteri Sartyo yang kasar dan sewenag-wenang memicu amarah dari ASN kementerian tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu siapa sebenarnya Satryo Soemantri Brodjonegoro? Seperti apa profilnya? Berikut profil Satryo Soemantri Brodjonegoro, Menteri Pendidikan Tinggi (Dikti) yang didemo pegawainya.

Profil Satryo Soemantri Brodjonegoro

Satryo Soemantri Brodjonegoro lahir di Delft, Belanda pada 5 Januari 1956. Ayahnya Soemantri Brodjonegoro, tokoh besar yang pernah menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (1967-1973) serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1973).

ADVERTISEMENT

Selain menjadi menteri di era Soeharto, Soemantri pernah menjadi Rektor Universitas Indonesia (UI) keenam. Sedangkan adiknya, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro dikenal publik sebagai mantan Menteri Keuangan dan Menteri Riset dan Teknologi. Keluarga ini dikenal memiliki pengaruh besar di bidang pendidikan dan pemerintahan Indonesia.

Latar Belakang Pendidikan

Mengenyam pendidikan tinggi di bidang teknik mesin, Satryo meraih gelar Ph.D dari University of California, Berkeley pada tahun 1985. Sebelumnya, ia juga menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Tokyo, Jepang. Rekam jejak akademiknya mencerminkan dedikasi tinggi terhadap pendidikan dan riset.

Di dunia akademik, ia mulai dikenal sebagai dosen Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung (ITB). Kariernya kian menanjak saat terpilih menjadi Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB pada 1992. Saat menjabat di posisi ini, ia menerapkan proses evaluasi mandiri, yang kemudian diadopsi secara luas di ITB.

Sebagai ilmuwan, Satryo telah mengeluarkan berbagai karya tulis ilmiah mencapai lebih dari 99 publikasi. Saat ini, ia aktif sebagai dosen tamu di bidang teknis mesin di Toyohashi University of Technology Jepang, dan ITB.

Jabatan Pemerintahan

Pada 1999, Satryo diamanahi jabatan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Selama delapan tahun menjabat, ia membawa sejumlah pembaruan signifikan. Salah satunya, transformasi institusi pendidikan tinggi menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN), yang kini dikenal sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH).

Di bawah kepemimpinannya, konsep World Class University diluncurkan pada 2007. Program ini bertujuan meningkatkan daya saing universitas-universitas Indonesia di tingkat global melalui kolaborasi internasional, peningkatan publikasi ilmiah, dan partisipasi dalam QS World University Rankings.

Salah satu masalah terbesar yang dihadapi adalah rendahnya kompetensi lulusan perguruan tinggi dalam dunia kerja. Tantangan ini mendorongnya untuk melakukan berbagai upaya perbaikan kualitas pendidikan agar lulusan lebih siap bersaing di pasar tenaga kerja.

Prestasi

Beberapa prestasi dan penghargaan yang pernah diraih Satryo, antara lain berhasil memperoleh Medali Ganesha Bakti Cendekia Utama dari ITB pada Maret 2010, dan mendapatkan bintang tanda jasa The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon dari Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia pada 3 November 2016.

Laporan Harta Kekayaan

Melansir laman LHKPN, Satryo tercatat memiliki harta kekayaan senilai Rp 46,05 miliar. Jumlah itu terdiri dari tanah atau bangunan di sejumlah tempat.

Total kekayaan dari tanah dan bangunan ini senilai Rp 33,6 miliar. Selain itu, ia tercatat memiliki empat kendaraan dengan nilai total Rp 1,4 miliar. Satryo juga memiliki kas dan setara kas senilai Rp 11 miliar.

Kontroversi Saat Menjabat Menteri Dikti

Berbagai rekam jejak baik ini seakan tertutup akibat dugaan arogansi dan ketidakadilan di kementerian yang ia pimpin. Hal ini terungkap dari bentangan spanduk yang dibawa ASN saat berdemo.

Salah satu spanduk yang terlihat berkelir hitam bertuliskan "Institusi negara bukan perusahaan pribadi Satryo dan istri". Sementara spanduk lain berlatar putih bertuliskan "Kami dibayar oleh negara, bekerja untuk negara, bukan babu keluarga".

Sederet karangan bunga bernada satir juga terpajang di lingkungan kementerian. Karangan bunga itu bertuliskan 'Berdiri Bersama Hari Ini Untuk Dikti yang Lebih Baik #LAWAN! #MenteriDzolim#PaguyubanPegawaiDikti', serta 'Berlaku Bajik Pada Karyawan Sebelum Mencitrakan Bijak di Keramaian'. Ada juga 'Semoga Bahagia di Atas Derita Pegawai Sendiri'.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads