Sebanyak delapan ekor bangkai sapi dilaporkan mengapung di aliran Bengawan Solo, Kabupaten Bojonegoro, selama dua pekan ini. Bangkai sapi ini diduga kuat karena sakit suspect PMK (penyakit mulut dan kuku), namun, pemiliknya enggan mengubur malah dibuang ke Bengawan Solo.
BPBD Bojonegoro menuturkan, laporan sapi mati mengapung di sungai sering disampaikan warga sekitar bantaran Bengawan Solo. Salah satunya, sekitar bendung gerak yang berada di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, dan Desa Kebonagung, Kecamatan Padangan.
"Dari laporan yang kami terima, ada delapan ekor bangkai sapi sekitar dua pekan ini. Namun, yang berhasil dievakuasi ke daratan hanya tiga ekor karena yang lain hancur," tutur Kalaksa BPBD Laela Noer Ainy, Minggu (19/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga melaporkan bangkai sapi terakhir kali pada Kamis (16/1/2025). Dua ekor sapi itu berhasil dievakuasi petugas BPBD dengan ditarik tali menggunakan perahu karet, lalu diangkat menggunakan ekskavator. Setelah di daratan, sapi mati ini disemprot disinfektan, lalu dikubur di pinggir sungai.
Sementara itu, Dinas Peternakan setempat mengimbau warga agar tidak lagi membuang bangkai sapi atau ternak lain ke sungai, agar tidak terjadi pencemaran lingkungan, bahkan bisa berbahaya bagi ternak lain karena tertular virus PMK.
Baca juga: 280 Sapi di Bojonegoro Terserang Wabah PMK |
"Kami imbau kepada masyarakat supaya tidak membuang bangkai sapi di Bengawan Solo. Silakan dikubur jika sapi mati. Saat ini terjadi wabah PMK, sehingga untuk mencegah penularan, mohon tidak membuang ke sungai bangkainya.," tutur petugas Dinas Peternakan Lutfi Nurrohman.
Terpisah, salah satu warga Desa Padang mengaku sering melihat bangkai sapi di tengah Bengawan Solo selama sebulan ini. "Sering ya kalau lihat, tapi ya di tengah sungai, atau di dekat pintu bendungan," tutur Agus.
(hil/irb)