Warga Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Lumajang, harus berjuang keras agar anak-anak mereka tetap bisa bersekolah. Setiap hari, orang tua di desa tersebut menggendong anak-anak mereka menyeberangi aliran lahar Gunung Semeru di Sungai Leprak, baik saat berangkat maupun pulang sekolah.
Perjuangan ini dilakukan karena Jembatan Limpas sepanjang 200 meter di Desa Jugosari tertimbun material banjir lahar dingin Gunung Semeru. Kondisi ini memaksa warga untuk menghadapi medan berbatu dan aliran air lahar dengan penuh kehati-hatian.
"Warga terpaksa menggendong anaknya ke sekolah karena jalannya terkena banjir lahar. Untuk medannya ya berbatu dan air lahar sehingga harus hati-hati," ujar salah satu orang tua siswa, Mukhlisin, kepada detikJatim, Kamis (9/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi para pelajar, menyeberangi aliran lahar bukanlah perkara mudah. Mereka harus mengatasi rasa takut demi tetap bisa menuntut ilmu.
"Perasaannya takut dan gemetar saat menyeberangi aliran lahar, tapi ya mau gimana lagi demi bisa sekolah," ungkap Lusiana, salah satu siswa.
Setidaknya, lebih dari 40 siswa yang tinggal di Dusun Sumberlangsep, di seberang sungai, harus melewati aliran lahar Gunung Semeru setiap hari.
Warga berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk memperbaiki jembatan limpas yang rusak akibat tertimbun material lahar agar aktivitas mereka dapat kembali normal.
"Harapan warga agar jembatan limpas diperbaiki sehingga aktivitas warga kembali normal," pungkas Mukhlisin.
(irb/hil)