Provinsi ini dikenal sebagai salah satu daerah yang kaya akan tradisi pendidikan Islam, khususnya dalam bentuk lembaga pesantren.
Berikut adalah enam pesantren tertua yang ada di Jawa Timur, beserta sejarah dan kontribusinya.
1. Pesantren Mojosari
Pondok Pesantren Mojosari terletak di Mojosari, Ngepeh, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Pesantren ini didirikan oleh As-Syeikh K. H. Az-Zahid Ali Imran yang berasal dari Bojonegoro pada tahun 1710 Masehi.
Kiai Ali Imran adalah menantu dari Kiai Syekih Salimin Awwal. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Anggun Sintya dari UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, diceritakan bahwa Kiai Ali Imran diberi tugas oleh Kiai Salimin Awwal untuk mencari lokasi angker untuk mendirikan pesantren.
Melalui tirakat dan puasa, Kiai Ali Imran menemukan lokasi yang dianggap angker, kini dikenal sebagai Mojosari, dan menebang pepohonan di sana. Akhirnya, pada tahun 1720 Masehi, Pesantren Mojosari didirikan. Hingga tahun 2024, pesantren ini telah berusia 314 tahun, menjadi salah satu pesantren tertua di Indonesia.
2. Pesantren Cangaan
Pondok Pesantren Cangaan diakui sebagai salah satu pesantren tertua di Indonesia, didirikan pada tahun 1710 Masehi oleh Syekh Jalaluddin, yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Lowo Ijo. Lokasi pesantren ini berada di Kecamatan Bangil, Pasuruan.
Menurut informasi dari situs resmi Pemerintah Jawa Timur, banyak santri yang menimba ilmu di Pondok Pesantren Cangaan, termasuk para ulama besar.
Salah satu santri terkenal adalah Syaikhona Kholil dari Bangkalan, yang dikenal sebagai guru dari Hadrotus Syekh KH Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama. Pesantren ini tidak hanya melahirkan tokoh-tokoh ulama, tetapi juga menjadi pusat studi yang berpengaruh di kalangan masyarakat.
3. Pesantren Sidogiri
Pondok Pesantren Sidogiri juga memiliki sejarah yang kaya. Terdapat dua versi mengenai tahun pendirian pesantren ini. Versi pertama menyebutkan bahwa Pesantren Sidogiri didirikan pada tahun 1718, berdasarkan catatan yang ditulis oleh Panca Warga pada tahun 1963 dan ditandatangani oleh K.H. Noerhasan Nawawie, K.H Cholil Nawawie, dan KA Sa'doellah Nawawie.
Namun, perayaan ulang tahun pesantren ini sering kali dilakukan dengan merujuk tahun 1745 sebagai tahun dasar. Mbah Sayid Sulaiman, pendiri pesantren ini, adalah cucu dari Sunan Gunung Jati, yang membuka lahan di hutan belantara Sidogiri, Kecamatan Kraton, Pasuruan.
Hingga saat ini, Pondok Pesantren Sidogiri telah berusia 279 tahun dan terus berkembang menjadi salah satu pesantren yang terkemuka di Jawa Timur.
4. Pesantren Qomaruddin
Pesantren Qomaruddin terletak di Dusun Sampurnan, Desa Bungah, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. Pesantren ini merupakan salah satu lembaga tertua di Pulau Jawa yang didirikan oleh Kyai Qomaruddin pada tahun 1747.
Awalnya, lembaga ini dikenal dengan nama "Pesantren Sampurnan." Namun, sekitar tahun 1960-an, terjadi musyawarah yang menghasilkan keputusan untuk mengubah nama menjadi "Pesantren Qomaruddin."
Pesantren ini berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan Islam dan telah melahirkan banyak ulama serta cendekiawan yang memberikan dampak positif bagi masyarakat.
5. Pesantren Miftahul Huda
Pesantren Miftahul Huda, yang juga dikenal sebagai Pondok Pesantren Gading Malang, didirikan oleh K.H. Hasan Munadi pada tahun 1768. Pesantren ini terletak di Kelurahan Gading Kasri, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
Pondok ini terkenal dengan keilmuannya dalam bidang Hisab dan tasawuf. Sejak pendiriannya, pesantren ini telah berkomitmen untuk mengajarkan ilmu agama secara mendalam kepada santrinya, serta membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pesantren Miftahul Huda juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan di masyarakat.
6. Pesantren Alhamdaniyah
Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah terletak di Desa Siwalan Panji Buduran, Sidoarjo. Didirikan pada abad ke-18, pesantren ini terkenal sebagai tempat lahirnya banyak ulama besar yang berkontribusi dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Didirikan oleh KH Hamdani pada tahun 1787, yang merupakan keturunan Rasulullah dan memiliki silsilah ke-27. Al-Hamdaniyah pernah menjadi lokasi pertemuan tokoh-tokoh nasional pada masa Revolusi, seperti Ir. Soekarno, Bung Hatta, dan KH. Wahab Hasbullah. Selain itu, pesantren ini juga dikenal dengan bangunan asramanya yang unik, terbuat dari anyaman bambu dan dibangun dengan gaya arsitektur Joglo.
Artikel ini ditulis oleh Angely Rahma, peserta Magang Bersertifikat kampus Merdeka di detikcom
(hil/hil)