Beredar video menampilkan kampung miliarder Desa Sumurgeneng, Tuban yang pernah heboh di tahun 2021 kini berbanding terbalik. Video itu kemudian viral di media sosial.
Julukan kampung miliarder itu berawal saat ratusan warga setempat menerima uang ganti untung tanah mereka yang dibeli oleh Pertamina.
Warga desa tersebut kemudian banyak yang mendadak viral. Mereka lantas berbondong-bondong membeli mobil mewah. Namun kondisi kini berbalik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab, dikabarkan banyak warga yang sempat jadi orang kaya baru tersebut kini harus jual ternak. Sebab, uang mereka habis sedangkan mereka sudah tak bekerja lagi.
Kepala Desa Sumurgeneng Gianto mengaku mengetahui beredarnya video tersebut. Menurutnya, warga menjual ternak adalah hal yang lumrah.
"Kalau jual ternak sudah biasa karena itu ternak untuk tambah kebutuhan ekonomi. Kalau belakangan banyak yang jual ternak itu juga tidak benar. Warga ini rata-rata petani jadi masih mengandalkan hasil panen untuk hidup," tutur Gianto, Selasa (7/1/2025).
Menurut Gianto, sekitar 280 orang warga Sumurgeneng yang dulu menerima ganti untung atas tanah yang dibeli Pertamina, masih bekerja sebagai petani.
Ia menyebut hampir 65 hingga 70 persen masih punya aset berupa tanah dan sawah. Lahan itulah yang kemudian masih digarap warganya.
"Ya kalau aset tanah rata rata masih punya. Kalau 65 persen ada dari mereka yang punya hingga saat ini, lokasinya di luar kampung. Dan saat itu harga belinya juga sudah tinggi kalau dibanding dengan tanah mereka sebelumnya," tutur Gianto.
Untuk mereka yang masih punya mobil, saat ini kalau 90 persen dari mereka yang pernah terima uang ganti untung, masih ada.
"Kalau 90 persen ada, ya mereka yang masih punya mobil, meski ada yang sudah ganti. Ada pula memang yang dijual, tidak beli lagi ya ada. Tercatat dulu itu ada 300 unit mobil baru di beli warga Sumurgeneng," jelasnya.
Meski begitu, Gianto tidak membantah jika kondisi warga saat ini lebih banyak yang menganggur. Sebab, sebelum banyak tanah dibeli Pertamina, banyak warga yang buruh tani.
Namun setelah banyak sawah mereka berpindah ke kampung lain, tak sedikit yang kehilangan mata pencaharian sebagai buruh tani.
"Banyak yang tidak lagi jadi buruh tani karena tanah sawah milik warga banyak yang sudah pindah di kampung lain. Sehingga tidak bisa memperkerjakan mereka lagi," tutur Gianto.
Gianto lalu merinci, penduduk Desa Sumurgeneng, Kacamatan Jenu Tuban sekitar 3 ribu. Tercatat ada sekitar 200 keluarga yang masuk kategori tidak mampu.
"Yang jelas jumlah warga tidak mampu berkurang dibanding sebelum tahun 2019 ya. Saat ini ada 200 an yang tidak mampu," tutur Gianto.
Selain sebagai petani, warga Sumurgeneng saat ini ada yang merantau di luar kota hingga jadi pekerja imigran. Namun jumlahnya sedikit dan itu mereka yang biasa kerja jauh.
Pemdes dan warga Sumurgeneng berharap adanya lapangan kerja dan pembangunan sumber daya dari pihak Pertamina sehingga bisa membantu ekonomi dan kemajuan warganya.
"Pemdes mengharap supaya dapat memberikan kemajuan kesejahteraan dan kemakmuran dari ekonomi, kesehatan dan peningkatan pembangunan fasilitas umum untuk desa dan masyarakat," ucap Gianto.
Kondisi tanah-tanah warga yang telah beralih milik Pertamina saat ini menjadi lahan kosong yang ditumbuhi ilalang dan terpagar besi.
"Tidak ada kegiatan apa apa saat ini. Tanah tanah itu jadi lahan kosong yang terpagar saat ini," tandas Gianto.
(abq/fat)