Kematian sapi di Mojokerto meningkat diduga karena terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK). Dari total sebanyak 241 sapi yang terjangkit, hanya 80 ekor yang dinyatakan sembuh.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto Tutik Suryaningdyah menjelaskan jumlah sapi yang mati bertambah 3 ekor dari angka kematian pada Senin (30/12) yang tercatat 13 ekor.
Sedangkan jumlah sapi yang terpaksa dipotong karena sekarat dia pastikan tetap 9 ekor hingga hari ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jumlah sapi yang mati saat ini 16 ekor, potong paksa 9 ekor," jelasnya kepada wartawan di kantornya, Jalan RA Basuni, Sooko, Jumat (3/1/2025).
Adapun jumlah sapi yang terjangkit PMK sejak awal Desember lalu tetap 241 ekor. Kasus tertinggi di Kecamatan Kutorejo mencapai 58 sapi, disusul Pacet 33 ekor sapi, Jetis 25 ekor, Puri 20, dan Gedeg 18 ekor.
Juga di Kecamatan Trawas dan Jatirejo masing-masing 15 ekor, Dlanggu 14 ekor, Mojoanyar 13 ekor, Bangsal 10 ekor, Dawarblandong 8 ekor, Gondang 5 ekor, Mojosari 4 ekor, serta Pungging 3 ekor.
"Kasusnya belum ada penambahan, yang bertambah sapi yang sembuh. Dari 241 sapi yang terjangkit, 80 ekor sembuh," terangnya.
Untuk mengatasi wabah PMK, Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto mendistribusikan obat dan vitamin ke setiap kecamatan. Para peternak diimbau menahan diri tidak membeli sapi dan kambing dari luar daerah.
Baca juga: 35 Sapi di Situbondo Mati Usai Terserang PMK |
"Karena banyak yang belum jelas riwayat vaksinasinya. Para peternak besar diimbau beli vaksin sendiri," ujarnya.
Dokter Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto Nurul Hidayah menjelaskan, PMK cepat dan mudah menular karena disebabkan apthovirus. Penularan bisa melalui kontak langsung antar ternak. Bisa juga melalui manusia dan peralatan yang digunakan merawat ternak yang terinfeksi virus tersebut.
Sapi atau kambing yang terinfeksi apthovirus biasa mengalami gejala demam dan nafsu makan berkurang. Kemudian ternak mengalami air liur berlebih atau hipersalivasi, muncul luka-luka di mulut seperti sariawan, serta luka-luka di tapak kaki sampai kukunya lepas sehingga sapi ambruk.
"Tanpa penanganan sama sekali, 4 hari ternak bisa mati. Penanganan dengan menyuntikkan vitamin untuk memperkuat daya tahan tubuh, pakan dan air minum yang cukup, antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder, serta antiradang dan antipiretik," tandasnya.
(dpe/iwd)