Walkot Eri Temui Pelajar SMP yang Lapor Polisi Ngaku Jadi Korban Bully

Walkot Eri Temui Pelajar SMP yang Lapor Polisi Ngaku Jadi Korban Bully

Esti Widiyana - detikJatim
Jumat, 13 Des 2024 19:20 WIB
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya - Pelajar SMP Negeri di Surabaya berinisial CW melapor ke polisi ngaku jadi korban bullying di sekolahnya. Kasus ini diviralkan oleh salah satu konten kreator Surabaya di medsos.

Merespons viralnya kasus perundungan yang diduga dialami oleh pelajar tersebut, Wali Kota Eri Cahyadi mendatangi CW di sekolahnya di kawasan Pabean Cantikan.

"Jadi siswa ini adalah siswa yang luar biasa. Dia memiliki kelebihan. Yo jenenge anak ya, anak-anak sama anak-anak seng podo dolenane, tadi saya baru kesana ketemu anaknya. Ketemu CW. Saya sampaikan CW adalah pemuda tangguh," ujar Eri ditemui di Jalan Jimerto, Jumat (13/12/2024).

"Dari hal yang terjadi iki wes biasa, arek dolenan, saling membalas, sehingga ada istilah yang dikatakan pembullyan," tambahnya.

Saat menemui CW, Eri menuturi dengan pendekatan untuk tidak saling mengganggu teman. CW merupakan siswa inklusi slow learner, karena itu dia memintanya untuk saling mengerti dengan temannya.

"CW mengatakan 'dia tidak boleh mengganggu saya', CW juga tidak boleh mengganggu teman yang lainnya. Tidak boleh ramai di kelas, harus menghormati. Itulah kelebihan yang dia punya. Saya juga sampaikan ke CW, awakmu ojok ganggu seng liane. Ini menjadi koreksi," katanya.

Eri menceritakan dalam pertemuannya dengan CW itu dirinya berdiskusi tentang banyak hal, termasuk usulan dari pelajar itu. Eri menilai CW memiliki kelebihan pandai menganalisis banyak hal seperti KIP, restorative justice, KUHP, juga MBR.

Terkait dengan kasus CW, Eri dengan dewan pendidikan sedang mempertimbangkan sesuatu terkait pelajar inklusi di sekolah umum. Khususnya apakah mereka perlu mendapatkan pembelajaran tambahan yang lebih dari siswa lainnya.

"Mereka (siswa inklusi) punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, karena setiap orang punya kelemahan dan kelebihan, sehingga dimungkinkan dalam satu kelas tersendiri. Bukan mereka dipinggirkan, tapi diberikan pembelajaran yang lebih karena ternyata CW memiliki kemampuan analisa yang luar biasa, sampai terkait restorative justice ae tahu," urainya.

Sementara kasus yang sudah dilaporkan CW ke Polres Tanjung Perak, Eri menyebutkan hal itu akan dikembalikan ke sekolah. Sebab setelah melaporkan, CW dan temannya yang dilaporkan sama-sama masih sekolah.

"Polres Tanjung Perak menyampaikan kondisi anak begini disampaikan ayok dikembalikan ke sekolah, bagaimana menjadikan itu bisa menjadi seperti teman lagi, saudara lagi. Dia (CW) peka perasaannya, maka di situ lah psikologi guru harus ada yang dekat. Inklusi kan begitu," pungkasnya.


(dpe/iwd)


Hide Ads