Seluruh wilayah Jawa Timur saat ini berada dalam musim hujan. BMKG Juanda meminta masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
Salah satunya adalah angin puting beliung. Seperti yang terjadi di Desa Ngingas, Waru, Sidoarjo dan Manyar Sabrangan, Mulyorejo, Surabaya pada Jumat (29/11/2024).
Kepala BMKG Juanda Taufiq Hermawan menjelaskan, angin puting beliung biasanya memang muncul saat terjadi cuaca ekstrem.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Disebut puting beliung jika pada kasatmata kita melihat kolom udara keluar dari awan cumulonimbus hingga menjulur sampai ke permukaan," jelas Taufiq dalam diskusi bersama Teknik Geofisika ITS, Senin (2/12/2024).
Taufiq menyebut, pemicu dari angin puting beliung ini antara lain munculnya awan cumulonimbus yang besar dan tinggi.
"Sebagian besar kondisi pada cuaca ekstrem disebabkan awan cumulonimbus. Angin kencang yang berasal dari awan cumulonimbus biasanya bersifat ekstrem, tiba-tiba, dan berdampak signifikan terhadap aktivitas penerbangan maupun permukaan," tuturnya.
Adapun tanda-tanda kemunculan angin puting beliung yang dipicu awan cumulonimbus nyata lain pada satu hari sebelumnya, udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas.
Kemudian, mulai pukul 10.00 WIB pagi terlihat awan kumulus (awan putih berlapis-lapis) dan di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
"Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus). Pepohonan di sekitar mulai bergoyang cepat dan terasa ada sentuhan udara dingin," beber Taufiq.
Ia melanjutkan, biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba. Jika hujan yang terjadi gerimis, maka kejadian angin kencang bisa jadi jauh dari tempat kita.
Taufiq mengungkapkan, masyarakat harus waspada apabila jika satu sampai tiga hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi, pancaroba, atau penghujan.
"Karena ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun akan diikuti angin kencang. Baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak," ungkapnya.
Sedangkan karakteristik atau ciri dari angin puting beliung biasanya terjadi dalam waktu singkat dan bersifat lokal, namun sangat destruktif.
"Biasanya tidak sampai lebih dari 5 menit dan sifatnya sangat lokal seperti melanda kawasan komplek atau RT/RW tertentu. Dampak kerusakan bangunan, pohon tumbang, dan gangguan transportasi udara," ujar Taufiq.
Oleh karena itu, BMKG meminta agar masyarakat waspada. Terutama pada bangunan-bangunan yang terbuat dari seng, triplek, karena mudah rusak akibat hantaman angin. Lalu pohon yang sudah lapuk juga sangat mungkin tumbang.
"Kondisinya seluruh Jatim sudah masuk musim hujan jadi banyak sekali tutupan awan. Kami harap masyarakat meningkatkan kewaspadaan," pungkasnya.
(irb/hil)