Seribu pelajar menggelar aksi seribu batik ciprat dalam rangka memperingati Jari Jadi ke-819 Tulungagung. Proses pembuatan digelar secara massal di lingkar Alun-alun kota.
Pj Bupati Tulungagung Heru Suseno, mengatakan aksi membatik dengan teknik ciprat ini dilakukan oleh pelajar SMP Negeri 1 Kedungwaru. Dengan menggunakan peralatan sederhana, para siswa dibebaskan untuk membuat kain batik dengan corak abstrak dan unik.
"Ini adalah ajang kreativitas bagi para siswa, sekaligus memperingati hari jadi ke-819," kata Heru, Jumat (22/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya batik dipilih karena menjadi salah satu budaya tak benda yang ditetapkan oleh UNESCO sehingga harus tetap dilestarikan dan dikenalkan kepada anak sejak dini.
"Ini sekaligus untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka. Kita lihat ada yang cukup berbakat, ada juga yang biasa-biasa saja. Artinya banyak variasi," ujarnya.
Salah satu pelajar Aka, mengatakan praktik pembuatan batik ciprat telah digelar dua kali di sekolah. Untuk menggelar aksi ini ia telah melakukan persiapan sejak dua hari lali.
![]() |
"Persiapan awal itu adalah membuat cipratan dengan menggunakan malam, kemudian dikeringkan," kata Aka.
Menurutnya saat ini adalah proses pewarnaan kain. Masing-masing peserta diberikan kebebasan untuk berkreasi dan membuat pola warna sesuai keinginan.
"Setelah diwarnai harus dilakukan water glass, kalau dua kali water glass maka pewarnaannya dua kali juga. Water glass itu biar warnanya nggak luntur," ujarnya.
Tahap akhir dari pembuatan batik ciprat adalah meluruhkan malam yang menjadi motif ciprat.
"Yang paling sulit ya proses melorot malam itu," jelasnya.
(abq/iwd)