Pandangan Psikolog Bocah SD Sopiri Pikap Muat Teman: Harus Matang Emosinya

Pandangan Psikolog Bocah SD Sopiri Pikap Muat Teman: Harus Matang Emosinya

Aprilia Devi - detikJatim
Minggu, 17 Nov 2024 18:20 WIB
Viral pikap dinaiki bocah SD Pamekasan muat rombongan teman-temannya yang berbaju Pramuka.
Siswa SD sopiri pikap yang memuat teman-temannya (Foto: tangkapan layar)
Surabaya -

Aksi nekat bocah SD asal Pamekasan, Madura, Muhammad Asgofur Rega yang sopiri puluhan teman dengan pikap viral di medsos. Bocah SD itu pun ditilang polisi dan orang tuanya mendapat teguran.

Psikolog klinis anak, Aulya Maharani M.Psi turut menyoroti aksi nekat bocah SD tersebut. Ia menyebut bahwa dalam UU No 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah mengatur batas minimal usia dan aturan berkendara.

"Apabila sudah memenuhi batasan, biasanya kan dilakukan tes psikologi, ada 3 poin utama. Pertama kognitif terkait pemahaman sosial, emosional. Lalu psikomotorik yakni keterampilan tangan, jari, dan kaki. Ketiga kepribadian," ujar Aulya saat dihubungi detikJatim, Minggu (17/11/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aulya menjelaskan dari segi psikologis, anak di bawah usia 17 tahun masih berada dalam tahap pematangan. Maka bisa jadi ada berbagai gejolak yang timbul pada fase ini.

"Batasan kognitif atau perkembangannya salah satunya saat 17 tahun anak akan mampu berpikir secara abstrak, memahami, berpikir tentang logika, sebab akibat, jangka panjang, itu masuk tahap pematangan," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Dirinya pun mewanti-wanti risiko dan bahaya yang bisa ditimbulkan bila anak menyetir di bawah umur. Mulai dari membahayakan diri sendiri dan orang sekitar, hingga bisa memicu terjadinya kecelakaan.

Maka orang tua perlu berhati-hati dan memahami kondisi anak serta remaja sebelum membiarkan mereka mengendarai kendaraan bermotor.

"Kita lihat perkembangan sosial dan emosionalnya. Pergolakan usia remaja kan banyak, terutama emosional. Emosinya mudah berubah, aktif impulsif dan lainnya. Perlu dipastikan ketika ortu memberi kendaraan bermotor, harus dilihat kematangan emosinya," tutur Aulya.

Dirinya pun mengimbau agar orang tua bisa memberikan pola asuh yang terbaik bagi anak. Selain itu orang tua juga harus bisa bertanggungjawab saat memberikan fasilitas ke anaknya.

"Orang tua perlu memberikan pendampingan yang tidak terlalu mengekang dan melepas, sebab anak-anak kerap berontak saat dikekang. Selain itu untuk fasilitas yang diberikan kepada anak juga harus sesuai tahapan usianya," imbaunya.

Sebelumnya, bocah SD sopiri mobil pikap yang ditumpangi puluhan bocah SD lain yang semuanya memakai baju pramuka viral di media sosial. Momen Rega menyopiri pikap itu direkam seorang warga. Tampak di video itu pikap dengan kaca kabin sopir terbuka itu melintas di jalan yang tidak terlalu lebar.

"Hop, hop. Be'en deri dimmah Cong? Kata-kata luh kata-kata. Dekremmah (Stop-stop, dari mana Cong? Kata-kata dulu lah, kata-kata. Gimana)?" Ujar perekam video dilihat detikJatim, Sabtu (16/11/2024).

Rega yang berasal dari Desa Batu Kerbui, Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan itu tampak nyengir saat menyetir mobil ditemani 2 orang temannya di kabin sopir.

Dia tidak mengindahkan permintaan pria perekam video tersebut dan melanjutkan perjalanan. Saat mobil itu melaju, terlihatlah bak belakang pikap dipenuhi bocah SD lain.

"Mateh nak, rombongan (Waduh, ternyata rombongan)," ujar perekam video itu lalu tertawa terbahak-bahak diikuti sorak-sorai bocah-bocah berseragam pramuka di bak belakang pikap itu.




(abq/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads