Khutbah Jumat biasanya mengangkat berbagai tema yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Jika sedang mencari inspirasi khutbah dengan berbagai tema, simak beberapa contoh yang bisa digunakan di bawah ini.
Dalam pelaksanaan salat Jumat, khutbah dilakukan dua kali. Umumnya, teks atau naskah berbahasa Arab yang digunakan itu sama. Berikut naskah khutbah pertama, dilansir dari laman Nu Online yang ditulis Ketua LDNU Tangsel KH ahmad Misbah.
اَلْحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِك. سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلى نَفْسِك. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُه وَرَسُوْلُه وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَه. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيرْاً وَنَذِيْراً. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوْهَا، إِنَّ اللهَ لَغَفُوْرٌ رَحِيْمٌ.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sama halnya dengan khutbah pertama yang menggunakan bahasa Arab, khutbah kedua juga menggunakan naskah umum. Berikut contoh naskah khutbah kedua dilansir dari laman NU Online yang ditulis Ustadz Sohib Maulana.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ وَمَا بَطَنْ، وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ وَالجُنُونِ والجُذَامِ وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا, اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Contoh Khutbah Jumat
Setelah melafalkan khutbah berbahasa Arab, khatib bisa menyampaikan khutbah dalam bahasa Indonesia. Berikut beberapa contoh khutbah berbagai tema yang bisa digunakan untuk salat Jumat, dirangkum dari laman Pondok Pesantren Darusy Syahadah, Ma'had 'Aly An-Nuur, dan Pondok Pesantren Baitul Aqrom Balung Jember.
#Contoh Khutbah Menjaga Keikhlasan dalam Beribadah
Khutbah Pertama
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umat yang tetap istikamah di jalan-Nya hingga akhir zaman.
Hadirin jemaah Jumat yang dimuliakan Allah. Pada kesempatan ini, marilah kita meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semoga kita senantiasa mendapat rahmat dan ampunan dari-Nya.
Jemaah sekalian, tema khutbah Jumat kali ini adalah Menjaga Keikhlasan dalam Beribadah. Keikhlasan merupakan inti dari setiap amal ibadah yang kita lakukan. Tanpa keikhlasan, amal kita tak bernilai di hadapan Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Bayyinah ayat 5:
"Dan tidaklah mereka diperintahkan, kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas murni ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,".
Ayat ini menegaskan pentingnya keikhlasan dalam beramal. Ikhlas berarti melakukan segala sesuatu hanya karena Allah, bukan karena ingin dilihat, dipuji, atau mendapatkan balasan dari manusia. Ikhlas membersihkan hati kita dari niat yang bercampur, sehingga amal ibadah kita menjadi bersih dan diterima di sisi-Nya.
Jemaah yang berbahagia. Mari kita merenungkan sejenak betapa seringnya kita tergoda untuk beribadah demi mencari perhatian atau pujian dari orang lain. Bahkan dalam ibadah yang kecil sekalipun, ujian keikhlasan selalu hadir. Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan seseorang hanya memperoleh sesuai dengan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa amal kita sangat tergantung pada niatnya. Oleh karena itu, marilah kita luruskan niat kita dalam setiap amal yang kita lakukan, baik itu salat, sedekah, puasa, maupun amal kebaikan lainnya. Jadikan setiap amal kita sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Hadirin Jemaah yang dimuliakan Allah. Keikhlasan tidak mudah untuk diraih, tetapi dapat diusahakan. Caranya adalah senantiasa bermuhasabah, introspeksi diri, dan memperbaiki niat setiap waktu. Berdoalah kepada Allah agar hati kita senantiasa ikhlas dalam beribadah. Rasulullah SAW mengajarkan doa kepada kita:
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu dengan sesuatu yang aku ketahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu dari sesuatu yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad)
Jemaah Jumat yang dirahmati Allah SWT. Semoga Allah SWT memberikan keikhlasan dalam setiap amal yang kita lakukan dan menjauhkan kita dari penyakit riya dan ujub. Marilah kita bermunajat kepada-Nya, memohon ampunan, serta berusaha memperbaiki diri menjadi hamba yang lebih baik.
Khutbah Kedua
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji bagi Allah SWT. Marilah kita kembali bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Semoga Allah menguatkan iman kita hingga akhir hayat.
Jemaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT. Dalam khutbah ini, marilah kita memohon kepada Allah SWT agar memberikan keikhlasan kepada kita dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan. Semoga setiap amal kita diterima di sisi-Nya dan menjadi pemberat timbangan amal kebaikan kita di akhirat kelak.
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kama shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim, innaka hamidun majid. Ya Allah, tunjukkanlah kami jalan yang lurus dan terimalah amal-amal kami. Amin ya Rabbal 'alamin. Aqimus salah.
#Contoh Khutbah Pentingnya Menjaga Silaturahmi
Khutbah Pertama
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Sholawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga beliau, para sahabat, serta umat yang setia mengikuti jalan beliau hingga akhir zaman.
Jemaah Jumat yang dirahmati Allah SWT. Saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada Jemaah sekalian, marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Mari kita selalu mentaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketakwaan adalah sumber kebahagiaan di dunia dan kunci keselamatan di akhirat.
Pada kesempatan yang mulia ini, tema khutbah kita adalah Pentingnya Menjaga Silaturahmi. Silaturahmi, yang berarti menjalin hubungan baik dengan sesama, merupakan bagian dari ajaran Islam. Dalam kehidupan ini, hubungan baik manusia menjadi pilar penting dalam menciptakan keharmonisan, ketenteraman, dan keberkahan. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan betapa besar keutamaan dari menjaga hubungan baik dengan keluarga, tetangga, sahabat, dan sesama muslim. Allah SWT memberikan janji bahwa rezeki akan diluaskan dan umur akan diberkahi bagi mereka yang memelihara hubungan silaturahmi.
Namun, di era digital ini, kita seringkali tergoda untuk mengabaikan silaturahmi yang sebenarnya. Media sosial menggantikan pertemuan fisik dan perhatian kita terserap pada layar-layar kecil, padahal Islam menganjurkan kita untuk mengunjungi, menyapa, dan menyambung tali persaudaraan secara langsung.
Hadirin yang dimuliakan Allah SWT. Bukan hanya menjaga hubungan dengan orang-orang terdekat, Islam juga menganjurkan agar kita memaafkan dan menjalin kembali hubungan yang sempat terputus. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
"Bukanlah (hakikat) seorang yang menyambung silaturahmi itu yang membalas kunjungan, tetapi (hakikat) menyambung silaturahmi adalah orang yang ketika diputuskan hubungan dengannya, dia tetap menyambungnya." (HR. Bukhari)
Kita dianjurkan untuk tidak menaruh dendam dan melupakan kesalahan orang lain. Ini adalah cermin keindahan akhlak Islam yang mulia, sekaligus mempererat ikatan umat dan menciptakan masyarakat yang penuh rahmat dan kasih sayang.
Jemaah Jumat yang berbahagia. Kunci menjaga silaturahmi adalah sabar, tulus, dan rendah hati. Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang menebar kasih sayang. Semoga kita semua mampu menjaga dan merawat hubungan dengan keluarga, kerabat, serta orang-orang di sekitar kita demi meraih ridha Allah.
Khutbah Kedua
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Segala puji hanya milik Allah. Marilah kita perkuat ketakwaan kepada-Nya dan senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama.
Jemaah yang dimuliakan Allah. Mari kita tingkatkan amal dan kebaikan kita dengan menjaga silaturahmi yang diridhai oleh Allah. Jadikanlah silaturahmi sebagai jalan menuju keberkahan rezeki dan umur panjang yang penuh manfaat.
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kama shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim. Innaka hamidun majid. Ya Allah, jadikan kami orang-orang yang senantiasa menjaga hubungan baik dengan sesama, serta berikanlah kami kebaikan di dunia dan akhirat. Aqimus salah.
#Contoh Khutbah Meneladani dan Menghargai Pahlawan Kemerdekaan
Ma'asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah. Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita. Rahmat dan nikmat ini harus kita syukuri dengan berusaha menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, manusia terbaik, penutup para Nabi dan Rasul. Beliau rela mengorbankan segalanya demi tegaknya agama Islam di bumi ini.
Khatib juga berdoa agar rahmat Allah tercurah kepada keluarga, sahabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Semoga kita termasuk dalam golongan yang mengikuti ajaran beliau.
Jemaah salat Jumat rahimani wa rahimakumullah. Allah SWT telah menganugerahkan kemerdekaan kepada negara Indonesia melalui perjuangan gigih para pahlawan yang berani melawan penjajahan. Kemerdekaan yang kita rasakan hari ini memungkinkan kita untuk hidup dengan aman dan menjalankan ibadah dengan nyaman.
Indonesia telah merdeka selama 78 tahun. Ini adalah nikmat besar yang harus disyukuri. Kemerdekaan ini tidak tercapai dengan mudah, melainkan melalui perjuangan para pahlawan yang rela mengorbankan nyawa dan harta.
Sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan, kita harus mengenang perjuangan para pahlawan dan kesulitan yang mereka hadapi demi membebaskan bangsa ini dari penjajahan. Selain itu, kita harus meneladani semangat perjuangan mereka.
Para pahlawan berjuang agar kita bisa beribadah dengan tenang. Namun, jika kita terus mengikuti hawa nafsu dan melupakan kewajiban kita, itu adalah bentuk ketidakpedulian terhadap perjuangan mereka.
Jika setelah meraih kemerdekaan, kita masih terbelenggu oleh hawa nafsu, seakan-akan kita keluar dari satu masalah hanya untuk masuk ke masalah lainnya. Kita bebas dari penjajahan fisik, tetapi bisa terjebak dalam penjajahan jiwa. Allah SWT berfirman dalam QS. Yusuf: 53:
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Nafsu akan selalu mengarahkan kita pada hal-hal buruk, dan perjuangan terberat adalah melawan hawa nafsu. Bahkan, Rasulullah SAW menyatakan bahwa jihad yang paling besar adalah jihad melawan hawa nafsu.
Ma'asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah. Hakikat kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga dari ketergantungan kepada selain Allah SWT. Jika kita masih menggantungkan harapan kepada makhluk, kita sebenarnya belum merdeka.
Tawakal kepada Allah SWT adalah nilai perjuangan yang harus kita tiru dari para pahlawan. Para pahlawan tidak berharap pada penjajah atau kekuatan manusia semata. Mereka sepenuhnya bergantung kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam QS. Fatir: 14:
إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا ٱسْتَجَابُوا لَكُمْ ۖ وَيَوْمَ ٱلْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ ۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ
"Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak akan mendengar seruanmu, dan jika mereka mendengar, mereka tidak akan memenuhi permintaanmu. Pada hari kiamat, mereka akan mengingkari kemusyirikanmu, dan tidak ada yang bisa memberi penjelasan sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui."
Allah SWT adalah satu-satunya tempat bergantung. Kita tidak boleh bergantung pada selain-Nya.
Ma'asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah. Para pahlawan bersatu tanpa memandang perbedaan. Mereka tahu bahwa tanpa persatuan, penjajah tidak akan bisa dikalahkan. Persatuan adalah kunci kemenangan. Oleh karena itu, mari kita jaga persatuan dan saling menghargai. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat: 13:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Demikianlah tiga teladan yang dapat kita ambil dari para pahlawan. Semoga kita semua mampu merenungkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
#Contoh Khutbah Meneladani Pengorbanan Para Pahlawan
Sidang Jemaah Jumat yang dirahmati Allah. Sudah menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk senantiasa bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang masih diterima sampai detik ini, baik itu kenikmatan yang disadari maupun yang tidak disadari.
Sebab, kebanyakan manusia lalai atas nikmat yang ia dapat sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Ada dua nikmat yang kebanyakan mayoritas manusia lalai (lupa) terhadap keduanya; yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang." (HR. Bukhari)
Bersyukur dengan hati yang mengakui segala karunia berasal dari Allah semata, lisan memuji-Nya, dan anggota badan yang lain digunakan untuk ketaatan kepada Allah dan menjaganya agar terhindar dari berbuat maksiat. (Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, as-Sa'di, 676)
Terlebih, kita bersyukur atas nikmat yang paling agung yaitu nikmat Islam dan iman. Jika kesehatan dan waktu luang itu Allah juga berikan kepada orang-orang muslim dan kafir, maka nikmat Islam ini Allah hanya hadiahkan kepada orang-orang pilihan-Nya.
Sholawat dan salam terhatur kepada uswatunhasanah, suri teladan baik, junjungan kita, Nabi SAW, dan semoga juga tersampaikan kepada para sahabat, tabiin, tabiuttabiin, serta orang-orang yang istikamah hingga akhir zaman. Semoga kita semua termasuk umatnya yang mendapat syafaat beliau pada hari ketika tidak ada syafaat melainkan atas izin-Nya.
Khatib mewasiatkan kepada diri pribadi secara khusus dan seluruh jemaah untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan takwa kita kepada Allah SWT. Sebab, takwa adalah sebaik-baik bekal untuk menghadap Sang Pencipta. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqarah 197, "Dan berbekalah kalian semua! Karena sebaik-baik bekal adalah takwa."
Jemaah Jumat rahimakumullah. Pada kesempatan khutbah Jumat yang mulia kali ini, marilah kita membuka kembali lembaran sejarah untuk menolak lupa. Menelaah serta meresapi perjuangan para pahlawan yang telah gugur. Juga menyusuri jejak pendahulu yang shalih agar kita semua mampu menjiwai dan meneladani sikap kepahlawanan mereka.
10 November adalah peringatan Hari Pahlawan, momen spesial untuk mengenang kembali jasa serta perjuangan mereka yang telah gigih mengusir penjajah dari bumi kita tercinta. Banyak kisah heroik yang bertaburan di catatan sejarah, seperti peristiwa Surabaya tahun 1945 yang menyebabkan banyak korban berjatuhan juga peristiwa lainnya.
Sebagai seorang mukmin, peringatan hari pahlawan menjadi sarana untuk menuai hikmah dan faedah. Meski kita semua tidak ikut mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya kala itu, tetapi kita masih bisa untuk menghayati, mengenang, dan menjiwai perjuangan mereka.
Sungguh, bangsa ini sedang membutuhkan banyak pahlawan yang gagah berani. Pahlawan yang secara lantang menyuarakan kebenaran dengan lisannya. Kesatria yang tangguh dalam mempertahankan kemerdekaan dengan nyawanya. Juga perwira yang berjuang tanpa pamrih demi menggapai ridha dari Allah Ta'ala.
Bukankah hal tersebut juga telah dicontohkan para pahlawan kita yang salih? Bukankah perihal demikian yang diharapkan bisa terwariskan kepada kita? Bukankah itu semua adalah sesuatu yang kita cita-citakan?
Salah satu faktor yang menjadikan para pahlawan pantas untuk dikenang dan patut kita teladani adalah jasa pengorbanan mereka. Pengorbanan inilah yang mahal dan langka. Sebab tidak semua orang mau untuk berkorban dan berjuang.
Sidang jemaah Jumat yang dirahmati Allah. Berkorban untuk sesuatu yang mulia adalah sifat seorang mukmin yang hakiki. Berkorban untuk sesuatu sering diistilahkan oleh para ulama dengan at-tadhhiyah yang bermakna berkorban atau berjuang tanpa pamrih. (al-Mu'jam al-Wasith, 1/535)
Hakikat dari makna tadhhiyah adalah mengorbankan jiwa, waktu, atau harta untuk tujuan yang agung dan mulia dibarengi dengan mengharap pahala dari Allah Ta'ala. Tidaklah seseorang mampu berkorban untuk sesuatu yang lebih mulia melainkan atas dasar keimanan kepada Allah. (Mausu'ah Fiqh al-Qulub, at-Tuwaijiri, 2/1243)
Ingat! Orang-orang salih terdahulu mengajarkan kepada kita tentang makna pengorbanan. Yaitu pengorbanan atas asas keimanan kepada Allah. Merekalah para pahlawan Islam yang berkorban dengan segala yang dimiliki untuk dakwah di jalan Allah, menyebarkan kemuliaan Islam, dan meninggikan kalimat Allah.
Sifat mulia inilah yang menjadikan umat Islam jaya, mulia, dan mempunyai izzah di mata dunia. Bagaimana tidak, para salafus shalih mencontohkan teladan terbaik. Mereka mengorbankan harta, nyawa, waktu, nafsu syahwat, dan tempat tinggal demi menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini.
Oleh sebab itu pula, Allah SWT memilih para sahabat untuk membersamai Rasulullah SAW dalam memperjuangkan agama Islam. Abdullah bin Mas'ud pernah memberikan keterangan tentang keistimewaan para sahabat:
قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللَّهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَإِقَامَةِ دِينِهِ، فَاعْرَفُوا لَهُمْ فَضْلَهُمْ، وَاتَّبِعُوهُمْ فِي آثَارِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوا عَلَى الْهَدْيِ الْمُسْتَقِيمِ
"Para sahabat adalah suatu kaum yang Allah pilih langsung untuk membersamai Nabi-Nya dalam menegakkan agama (iqamatuddin). Maka kenalilah keutamaan dan ikutilah jejak-jejak mereka karena sesungguhnya mereka berada di atas petunjuk yang lurus." (Syarah al-Aqidah at-Thahawiyah, Ibnu Abil Izz, 383)
Hal ini dibuktikan dengan tersebarnya risalah Islam yang mulia hingga meluas ke berbagai penjuru dunia, berkat kegigihan, jasa, dan kepahlawanan para pejuang Islam dalam futuhat Islamiyyah.
Misi mulia ini sejak zaman Rasulullah SAW dan para sahabatnya, kemudian dilanjutkan Khulafaur Rasyidin dan diwariskan kepada Bani Umayyah. Pada masa ini, dimulailah futuhat Islamiyyah atau ekspansi besar-besaran Islam keluar dari jazirah Arab, dengan wilayah kekuasaan yang terbentang dari India, melewati Asia Tengah, Afrika Utara, hingga Eropa.
Jemaah Jumat rahimakumullah. Allah dalam banyak firman-Nya menyeru kepada kita untuk memiliki jiwa yang rela dan mau berkorban demi kebaikan. Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam berkorban di jalan Allah.
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَة لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرا
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah ﷺ itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab: 21)
Muhammad Ali ash-Shabuni menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan orang mukmin dalam ayat ini untuk meneladani Rasulullah SAW dalam kesabaran, keteguhan, pengorbanan, serta jihadnya. (Shafwatu at-Tafasir, Muhammad Ali ash-Shabuni, 2/476)
Dalam ayat lainnya, Allah berfirman:
وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُونَ
"Dan janganlah sekali-kali kau mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki." (QS. Ali-Imran: 169)
Wahbah az-Zuhaili menuturkan bahwa dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa seorang mukmin yang mau mengorbankan jiwanya untuk menegakkan agama dan berdakwah di jalan Allah, maka mereka akan masuk dalam golongan Syuhada' al-Abrar yang mendapatkan kenikmatan abadi di surga-Nya. (at-Tafsir al-Munir, Wahbah az-Zuhaili, 2/40)
Sungguh, tidak ada orang yang paling banyak berkorban dalam agama ini selain Rasulullah SAW. Seluruh hidup beliau didedikasikan untuk perjuangan Islam, sebagaimana sabdanya:
لَقَدْ أُوذِيتُ فِي اللَّهِ وَمَا يُؤْذَى أَحَدٌ وَلَقَدْ أُخِفْتُ فِي اللَّهِ وَمَا يُخَافُ أَحَدٌ وَلَقَدْ أَتَتْ عَلَيَّ ثَالِثَةٌ وَمَا لِي وَلِبِلَالٍ طَعَامٌ يَأْكُلُهُ ذُو كَبِدٍ إِلَّا مَا وَارَى إِبِطُ بِلَالٍ
"Aku telah disakiti di jalan Allah ketika tidak ada seorang pun yang disakiti. Aku telah dicekam rasa takut di jalan Allah tatkala tidak ada seorang pun yang merasa ditakut-takuti. Dan telah datang kepadaku hari-hari, sedang aku dan Bilal tidak mempunyai makanan yang dapat dimakan oleh sesuatu yang bernyawa kecuali sesuatu yang dapat menutupi ketiak Bilal." (HR. Ibnu Majah)
Maka sudah selayaknya bagi seorang Muslim untuk meneladani Rasulullah SAW, sahabat, dan pahlawan-pahlawan shalih lainnya dalam mengorbankan jiwa, harta, dan apa yang dimilikinya di jalan Allah.
Sidang Jemaah Jumat yang dirahmati Allah. Bagaimanakah usaha kita untuk meneladani Rasulullah SAW, sahabat, dan para pahlawan Islam lainnya dalam berkorban di jalan Allah?
Muhammad at-Tuwaijiri menjelaskan bahwa kewajiban kita pada zaman ini adalah berkorban untuk menghidupkan semangat Rasulullah SAW dalam berdakwah kepada Allah, mengajak manusia agar beribadah kepada-Nya, serta memahamkan agama dan menyeru kepada-Nya. (Mausu'ah Fiqh al-Qulub, Muhammad At-Tuwaijiri, 3/2488)
Setidaknya ada dua medan pengorbanan bagi seorang mukmin dalam hidupnya di jalan Allah, yaitu pertama berkorban untuk agama Islam. Jiwa yang mau berkorban untuk agama ini merupakan fondasi utama dari sebuah tadhhiyah.
Karena segala bentuk pengorbanan apa pun yang tidak didasari oleh hal ini, maka sia-sialah ibarat debu yang beterbangan. Allah juga memerintahkan untuk berkorban demi tegaknya agama Islam:
إِنَّ ٱللَّهَ ٱشۡتَرَىٰ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَنفُسَهُمۡ وَأَمۡوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلۡجَنَّةَۚ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقۡتُلُونَ وَيُقۡتَلُونَ
"Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh." (QS. At-Taubah: 111)
Rasulullah SAW juga telah menjanjikan keutamaan bagi orang yang mau berkorban di jalan-Nya. Beliau bersabda:
مَا مِنْ مَجْرُوحٍ يُجْرَحُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَنْ يُجْرَحُ فِي سَبِيلِهِ إِلَّا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَجُرْحُهُ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ جُرِحَ اللَّوْنُ لَوْنُ دَمٍ وَالرِّيحُ رِيحُ مِسْكٍ
"Tidaklah setiap luka yang terluka di jalan Allah, dan Allah lebih tahu siapa yang terluka di jalan-Nya, kecuali ia akan datang pada hari kiamat dengan keadaan lukanya seperti hari ia terluka, warnanya warna darah dan baunya bau kesturi." (HR. Ahmad)
Kedua, berkorban untuk membela diri, kehormatan, dan harta. Bagi seorang mukmin, menjaga diri, kehormatan, serta menjaga hartanya adalah suatu keharusan. Sebab, hal ini diperintahkan untuk dijaga kesuciannya. Rasulullah SAW memberikan keterangan bahwa orang yang mati karena membela perkara ini, maka dia mati syahid:
مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَقَتَلَ فَهُوَ شَهيدٌ وَمَنْ قُتلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قَاتَلَ دُونَ أَهلِهِ فَهُوَ شَهِيد
"Barang siapa yang berperang mempertahankan hartanya kemudian terbunuh, maka ia adalah syahid; barang siapa yang berperang mempertahankan darahnya maka ia adalah syahid, dan barang siapa yang berperang mempertahankan keluarganya maka ia adalah syahid." (HR. an-Nasa'i)
Demikianlah hikmah dan faedah yang dapat kita petik dari hari pahlawan, yaitu memaknai dan meneladani jasa pengorbanan mereka dalam membela kebenaran, menyebarkan kebaikan, dan menegakkan agama Islam di muka bumi ini.
Marilah kita tingkatkan derajat keimanan kita dengan berkorban di jalan Allah melalui harta, tenaga, waktu, pikiran, lisan, bahkan nyawa kita sekalipun. Semua itu demi tegaknya kebenaran, kemuliaan, serta keadilan. Semoga kita semua menjadi orang yang mau berkorban di jalan Allah sebagai bukti akan kejujuran dan kesetiaan kita terhadap ajaran-Nya.
#Contoh Khutbah Teladani Para Pahlawan
Maasyiral Muslimin rahimakumullah, pertama-tama marilah kita selalu meningkatkan takwa kepada Allah SWT, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Kita sebagai muslim harus selalu memiliki rasa syukur mendalam, karena hal ini menjadi indikator bahwa kita adalah hamba yang ridha dan ikhlas atas takdir-Nya.
Rasa syukur yang kita ungkapkan dalam kehidupan ini, insyaallah akan menjadi sebab bertambahnya nikmat Allah SWT yang lainnya kepada kita. Jangan sampai kita menjadi orang kufur nikmat atau mengingkari nikmat-Nya. Karena Allah SWT telah menegaskan azab-Nya sangat pedih bagi orang yang tidak bersyukur. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'. (QS. Ibrahim: 7).
Dari ayat di atas, sudah jelas bahwa Allah SWT akan menambah nikmat yang disyukuri hamba-Nya, dan akan menghukum bagi yang mengingkari nikmat-Nya.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah, Allah SWT telah memberikan banyak kenikmatan kepada kita, salah satunya adalah nikmat menghirup udara bebas dan kemerdekaan. Ketika kita merdeka, segala aktivitas kebaikan menjadi mudah dilakukan, seperti sekolah, ibadah, zikir, sholawatan, dan sebagainya tanpa rasa takut atau cemas dengan ancaman perang.
Berbeda halnya ketika perang berkecamuk, yang hanya dipikirkan adalah keselamatan. Semua manusia akan sibuk bersembunyi dan menyelamatkan diri. Tidak ada yang terpikirkan untuk memperbanyak ibadah, sekolah, kuliah, belanja, rekreasi, dan sebagainya.
Kita tidak bisa membayangkan bagaimana saudara-saudara kita yang masih hidup dalam keadaan perang. Mereka tentu sangat kesulitan untuk beraktivitas dengan bebas. Dalam kondisi seperti itu, mereka harus terus hidup dengan hati-hati.
Maasyiral muslimin rahimakumullah, rasa cemas dan waswas juga pernah dirasakan oleh para pendahulu kita, leluhur kita, kakek-nenek buyut, dan para pahlawan kita terdahulu. Mereka mengalami penindasan, diskriminasi, gizi buruk, pengekangan aktivitas, dan penyiksaan.
Namun, dengan semangat juang, mereka rela mengorbankan jiwa dan raga untuk mewujudkan kemerdekaan, agar kehidupan anak cucu, rakyat, dan bangsa ini bisa berjalan normal. Aktivitas kebaikan dan ibadah dapat dilakukan lebih khusyuk.
Kita wajib introspeksi diri dan sadar bahwa saat ini Allah SWT telah memberikan kenikmatan besar kepada bangsa ini lewat perjuangan para pahlawan kita. Sudah sepantasnya rasa syukur itu kita istikamahkan dengan cara mengisi kemerdekaan ini dengan aktivitas yang baik, sehingga kemerdekaan ini akan terus dirasakan anak cucu kita kelak.
Maasyiral muslimin rahimakumullah, para pahlawan telah memberikan contoh bagaimana berjuang untuk kemerdekaan. Sekarang, saatnya kita berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dengan cara mengisi dan menyebarkan kebaikan. Karena kebaikan seorang akan berdampak pada sekelilingnya, begitu juga keburukannya.
Anak-anak Indonesia yang hidup dalam kemerdekaan wajib menuntut ilmu, bersekolah, mondok di pesantren, dan menimba ilmu di lembaga manapun. Jangan biarkan bangsa ini bodoh dan miskin pengetahuan. Allah berfirman dalam Al-Qur'an tentang kewajiban kita untuk istiqamah berbuat kebaikan di jalan yang benar:
فَٱسْتَقِمْ كَمَآ أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا۟ ۚ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya: Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat bersamamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud: 112).
Sikap istikamah ini harus mengisi perjalanan hidup kita dalam mengisi kemerdekaan, seperti selalu memperbanyak ibadah, memperbaiki akhlak, menambah ilmu, dan semua perjuangan di jalan Allah SWT.
Jemaah salat Jumat yang dimuliakan Allah, para pahlawan kita juga mewariskan sifat berani dalam membela kebenaran, berani dalam mempertahankan kebenaran, dan berani menghadapi berbagai rintangan serta hambatan.
Dengan senjata bambu runcing dan perlengkapan sederhana, para mujahid ini pantang menyerah dalam berjuang. Karena pahlawan bukan tentang menang atau kalah, melainkan tentang pergerakan dan inspirasi yang mereka berikan kepada banyak orang.
Sikap keberanian ini sebenarnya sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Di saat beliau dan Sayidina Abu Bakar Ash-Shiddiq bersembunyi dari kejaran musuh di Gua Tsur, beliau berkata kepada Abu Bakar:
لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا
Artinya: Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita. (QS. At-Taubah: 40)
Apa yang dilakukan para pejuang adalah contoh keberanian dan pasrah kepada kehendak Allah SWT. Demikian khutbah singkat ini. Semoga kita semua bisa mengambil nilai-nilai keteladanan dari perjuangan para pahlawan dalam membela tanah air dan agama di Indonesia. Semoga kita dapat istiqamah melakukan kebaikan dan berani membela kebenaran.
(ihc/irb)