Di media sosial, banyak bermunculan parodi guru yang membuat video enggan menegur siswa di sekolah karena takut dipolisikan. Ini bentuk sindiran karena banyak kasus guru dipolisikan wali murid.
Pakar Pendidikan dari Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Holy Ichda Wahyuni menyebut video parodi merupakan reaksi keresahan dan bentuk dilematisnya guru-guru.
Menurutnya, itu bentuk kegelisahan guru yang berupaya menjalankan peran mendidik, namun khawatir apa yang mereka lakukan menjadi boomerang dan menyeret mereka pada ranah hukum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika kegelisahan ini terus terjadi, maka ini sangat ironi, bahwa cita-cita dalam mewujudkan pendidikan karakter, saya rasa akan menjadi utopia belaka," kaya Holy, Kamis (31/10/2024)
Di sisi lain, akan menjadi perkara pelik ketika berbicara tentang hak perlindungan anak. Sebagai pemerhati anak, Holy tidak pernah membenarkan tindakan kekerasan pada anak dengan alasan apapun.
Menurutnya, jika ada hal penting yang perlu diupayakan untuk menengahi, yakni perlu penyamaan persepsi. Di mana, persoalan pendidikan karakter ini bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi juga semua elemen, baik itu komite, kepala sekolah, dan orang tua.
"Penyamaan persepsi ini akan memiliki dampak pada proses pendewasaan masing-masing unsur stakeholder," ujarnya.
Holy menjelaskan, guru akan memiliki kedewasaan untuk memilih pendekatan lebih pas untuk pendisiplinan siswa. Maka tidak dengan punishment, tetapi pendekatan lebih restorative.
"Demikian halnya dengan orang tua, jika telah mencapai persepsi yang sefrekuensi, orang tua tidak akan serta merta bertindak reaksioner dalam menyikapi proses pendisiplinan siswa oleh guru mereka. Harmonisasi ini seharusnya dapat terwujud," jelasnya.
Baginya, tidak ada yang bersikap paling arogan karena kedua belah pihak menginginkan tujuan yang sama. Yakni bagaimana membentuk pribadi anak dengan karakter yang positif.
"Dalam konteks ini, ada sebuah teori yang bisa mendasari, yakni teori kognitif sosial dari Bandura yang mana ditekankan pada proses pembentukan karakter atau behaviour anak yang sangat bergantung pada social culture, yaitu kultur yang terbangun di masyarakat, bukan hanya sekolah," pungkasnya.
Sebelumnya, viral video unggahan guru di Lamongan yang tak mau menegur siswanya saat tidur di kelas. Guru tersebut mengaku takut dilaporkan polisi.
Konten itu viral setelah diunggah di media sosial. Dalam unggahan itu, tampak seorang guru yang sedang mengajar, tengah memperlihatkan suasana di dalam kelas. Tampak para murid perempuan sedang mengerjakan buku latihan. Namun, ada pula satu murid laki-laki yang duduk di barisan belakang, tampak rebahan di atas kursi.
Dalam video tersebut, tertulis sang guru tak mau menegur muridnya karena takut dilaporkan ke polisi. "Mau negur takut dilaporkan polisi," tulis guru tersebut dalam video yang dilihat detikJatim, Kamis (31/10/2024).
(hil/iwd)