Jelang debat Pilwali Surabaya nanti malam, Eri Cahyadi menuntaskan ujian disertasi di Universitas Airlangga (Unair). Eri Cahyadi yang sedang cuti saat ini menuntaskan serangkaian studi doktoralProgram Studi S3 Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM).
Teman sekelas Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ini mengangkat judul "Orkestrasi Kesehatan Organisasi Publik untuk Pengembangan Kapabilitas Perubahan dan Peningkatan Kinerja".
Ujian disertasi ini, Eri memaparkan penelitiannya di hadapan para penguji. Mereka yakni Prof Badri Munir Sukoco, Prof Dr Rudi Purwono, Prof Suparto Wijoyo, Prof Fendy Suhariadi, Prof Seger Handoyo dan Dr Nuri Herachwati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian kesehatan organisasi disertasinya, Eri Cahyadi mengambil lingkup Pemkot Surabaya. Penelitian ini juga mengkaji bagaimana kesehatan organisasi berpengaruh terhadap kinerja pemerintahan.
"Dari penelitian ini, saya mendapati sejumlah temuan yang berdampak langsung pada kinerja Pemkot Surabaya, yang ujungnya adalah memberikan dampak positif ke masyarakat," kata Eri, Rabu (16/10/2024).
Dia menjelaskan, kesehatan organisasi adalah kemampuan organisasi untuk melakukan konsolidasi internal, menjalankan atau mengeksekusi kebijakan/program dan melakukan adaptasi secara cepat. Semua itu berpengaruh terhadap pencapaian kinerja organisasi. Kesehatan organisasi disebut berperan memastikan pencapaian kinerja secara berkelanjutan.
"Maka sangat penting bagi sebuah organisasi untuk tidak hanya fokus pada target kinerja saja, tapi juga harus memperhatikan kondisi kesehatan organisasinya," ujar mantan kepala Badan Perencanaan Pembangunan Surabaya ini.
Eri Cahyadi juga menjabarkan berbagai penghargaan yang diraih Pemkot Surabaya hasil dari penerapan temuan-temuan dalam proses menulis disertasinya. Seperti predikat Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) AA (kota pertama dan satu-satunya di Indonesia) dari Kementerian PANRB, Inovasi Pelayanan Publik Terbaik 2024, Kota Layak Anak dari UNICEF, dan Kota Sehat dari WHO.
"Semua apresiasi itu berbasis pada dampak yang dirasakan masyarakat sebagai acuan datanya. Dari proses penelitian, saya lakukan perubahan-perubahan sesuai dengan temuan penelitian, dan hari ini dampaknya luar biasa pada kinerja Pemkot Surabaya, yang sekali lagi ujungnya adalah dampak yang dirasakan publik," jelasnya.
Selain itu, disertasinya juga menyoroti pentingnya pelatihan leadership bagi middle manager, seperti camat, lurah, dan Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Setelah pelatihan leadership, Dia juga melakukan evaluasi dampak perubahan yang terjadi di pemerintahan.
Ia menjelaskan hasilnya. Seperti kasus stunting di Surabaya turun drastis dari 28,5 persen menjadi 1,6 persen dan menjadi terendah di Indonesia. Kemiskinan juga turun signifikan dari 6 persen menjadi 3,4 persen.
Menurutnya, kesehatan organisasi di Pemkot Surabaya juga dipengaruhi oleh dua faktor utama. Yakni, keadilan dalam organisasi dan leadership atau kepemimpinan.
Keadilan dalam organisasi baginya berarti tidak ada dinas yang lebih tinggi derajatnya dari yang lain atau semuanya setara. Kemudian leadership adalah kemampuan memimpin mulai dari lurah, camat dan kepala OPD.
![]() |
Teori kesehatan organisasi yang diterapkan juga berbeda dengan di sektor swasta. Di mana middle manager mulai dari camat, lurah hingga kepala OPD, bergerak masif dengan ditunjang kesetaraan. Oleh karena itu tidak sama dengan perusahaan pabrik atau privat, karena di pelayanan publik pemerintahan.
Eri berharap, ke depan ada penerus dari Pemkot Surabaya yang melanjutkan penelitiannya tersebut. Sebab, keberlanjutan program pada pemerintahan yang menentukan adalah seorang middle manager. Mulai kepala dinas, camat dan lurah.
"Saya berharap disertasi ini akan membawa keberlanjutan terus, wali kotanya siapapun, pemimpinnya siapapun, berkelanjutan untuk kepentingan rakyat itu penting. Siapa yang bisa menentukan? Itu adalah middle manager, karena mereka adalah birokrasi yang menentukan nasib rakyat," harapnya.
Sementara Direktur Sekolah Pascasarjana Unair, Prof Badri Munir Sukoco bangga atas kelulusan ujian doktor tertutup Eri Cahyadi.
"Beliau (Eri Cahyadi) memang fokusnya ke kesehatan organisasi. Karena yakin, bahwa organisasi yang sehat, pasti akan memberikan kinerja yang jauh lebih bagus dibandingkan organisasi yang tidak sehat," kata Prof Badri.
Prof Badri juga menyoroti metode unik yang digunakan Eri Cahyadi dalam penelitiannya. Di mana Eri menggunakan middle manager sebagai subjek penelitian, mulai kepala dinas, camat dan lurah. Baginya, metode ini sulit dilakukan oleh mahasiswa biasa, tapi Eri mampu melakukannya.
Selain itu, Prof Badri menilai bahwa penelitian yang dilakukan Eri Cahyadi memberikan dampak signifikan dan nyata bagi Pemkot Surabaya. Seperti dalam 2 tahun terakhir, banyak penghargaan yang diterima Pemkot Surabaya.
"Ini menunjukkan bahwa organisasi yang sehat akan menghasilkan kinerja yang baik. Saya yakin hasil penelitian Eri Cahyadi dapat dipresentasikan di tingkat nasional. Penelitian ini bisa dipresentasikan di Kementerian PANRB maupun Kemendagri, karena metodenya terbukti efektif dan mungkin satu-satunya di Indonesia," pungkasnya.
(esw/fat)