Pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban (MRMP) dibangun di Desa/Kecamatan Sampung, Ponorogo, menelan anggaran Rp 85 miliar disorot pengamat politik.
Pengamat Politik Universitas Airlangga Surabaya, Suko Widodo mengatakan pembangunan monumen setinggi 126 meter itu seharusnya dikaji lebih dalam.
"Ide membuat museum itu bagus. Namun harus dikaji, karena memerlukan biaya cukup besar," tutur Suko kepada detikJatim, Kamis (10/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suko menambahkan di tengah kondisi ekonomi sulit, lebih baik dana diarahkan ke program yang produktif. Seperti, membangun Sumber Daya Manusia (SDM) dan infrastruktur sosial lebih penting daripada infrastruktur fisik.
"Membangun museum bagus-bagus saja. Tapi harus realistis soal kondisi keuangan. Ada yang lebih urgensi daripada membangun museum Reog," tegas Suko.
Menurutnya, yang paling penting saat ini bagaimana warga tidak kesulitan ekonomi dan tidak kesulitan mencari pekerjaan.
"Membina siswa dengan menyediakan pelatih Reog dan pelatihnya mendapat honor itu lebih baik," tandasnya.
Sebelumnya, Monumen Reog itu dibangun di atas lahan aset daerah setempat yang berlokasi di Gunung Gamping, Desa Sampung, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo.
Lokasi ini dipilih karena lokasinya cukup tinggi, sehingga struktur monumen yang sekaligus menjadi museum peradaban tersebut bisa dilihat dari daerah lain di sekitarnya.
Bangunan monumen yang didesain memiliki 26 lantai dengan ketinggian 126 meter menggunakan material GRZ. Jika sudah jadi sesuai rancangan awal, monumen ini diklaim memiliki ketinggian di atas konstruksi Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali yang memiliki ketinggian 105 meter.
Tak hanya museum peradaban Ponorogo, mega proyek yang mendapat dukungan pendanaan dari APBD tersebut nantinya akan dilengkapi dengan fasilitas hotel yang menyatu dengan patung reog di atasnya.
(abq/fat)