Pemilihan alat kontrasepsi yang tepat menjadi salah satu hal yang penting bagi pasangan yang sudah menikah. Hal ini juga termasuk langkah perencanaan kehamilan yang sesuai dengan kesiapan pasangan.
Sayangnya tidak semua orang memiliki akses yang memadai terhadap edukasi mengenai kontrasepsi.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi RSU dr Soetomo, dr Pandu Hanindito Habibie SpOG mengatakan pada tahun 2023 tercatat sekitar 53 persen dari 39,6 juta pasangan di usia subur membutuhkan kontrasepsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini menunjukkan bahwa banyak pasangan yang sebenarnya ingin menunda kehamilan atau belum ingin hamil terlebih dahulu. Dari 53 persen pasangan yang membutuhkan kontrasepsi, sekitar 59,6 persen telah menggunakan metode kontrasepsi modern. Namun, angka ini masih di bawah target yang seharusnya mencapai 62, persen," ujar dr Pandu dalam tayangan Dokter Unair TV, dilihat detikJatim, Minggu (6/10/2024).
Perlu diketahui bahwa alat dan obat kontrasepsi ini bukan hanya berfungsi mencegah kehamilan yang tidak sesuai rencana. Tetapi juga untuk melindungi dari infeksi menular seksual.
Ia pun menjelaskan ada berbagai jenis kontrasepsi yang bisa dipilih oleh pasangan. Kontrasepsi ini juga terbagi dalam beberapa jenis, salah satunya berdasarkan jangka waktu penggunaan.
"Kontrasepsi jangka panjang dapat terbagi menjadi dua, yaitu reversible dan irreversible. Untuk metode irreversible, sterilisasi pada pria maupun wanita adalah pilihan yang tersedia. Sementara itu, metode jangka panjang reversible meliputi penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau Intrauterine Device (IUD), serta implan," jelasnya.
Pandu menambahkan kedua metode tersebut dapat digunakan tanpa mengganggu produksi ASI, sehingga aman bagi ibu menyusui atau yang baru saja melahirkan.
Ia pun menyebut beberapa opsi lain yang bisa menjadi pilihan. Dalam jangka pendek misalnya, pasangan dapat memilih pil KB atau penggunaan kondom.
"Jika pasangan ingin menunda kehamilan selama beberapa bulan, seperti tiga atau enam bulan, bisa menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek, seperti pil KB atau kondom. Namun, jika ingin menunda kehamilan di atas satu tahun, kita arahkan untuk menggunakan jangka panjang yang reversible. Contohnya adalah implan yang bisa bertahan hingga tiga tahun atau Intrauterine Device (IUD) yang bisa bertahan sampai lima tahun," tuturnya.
Lebih lanjut, dokter spesialis kandungan itu juga menjelaskan bahwa tak hanya wanita yang harus menggunakan kontrasepsi, pria atau suami pun dapat mengambil peran.
Seperti dengan metode vasektomi. Ini merupakan satu metode kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan aman untuk pria.
"Kontrasepsi itu sebenarnya tidak hanya untuk wanita saja, pria juga bisa ikut berkontribusi. Metode vasektomi itu jauh lebih sederhana dan tidak berisiko daripada metode tubektomi atau sterilisasi pada wanita. Sehingga metode vasektomi tanpa pisau menjadi alternatif yang aman dan efektif sebagai metode kontrasepsi permanen bagi pria," jelasnya.
Apabila diperlukan, pasangan juga bisa melakukan konsultasi terhadap dokter dari sebelum maupun sesudah pemasangan. Tujuannya agar pasien memahami sepenuhnya efek samping, risiko, dan manfaat dari kontrasepsi yang dipilih.
"Jika ada efek samping tertentu, seperti perubahan siklus menstruasi biasanya kita sudah sampaikan di awal saat konseling pra-pemasangan. Kemudian, jika efek samping tersebut tidak bisa diterima, maka kita akan pertimbangkan untuk switch metode yang lain," pungkasnya.
(irb/fat)