Teka-teki pemicu RD, mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya mulia terungkap. Dalam hasil penyelidikannya, polisi menyebut korban bunuh diri karena dipicu depresi.
Keterangan polisi ini sekaligus menepis rumor bahwa korban nekat mengakhiri hidup karena jadi bullying. Korban sendiri sempat ditangani psikiater.
"Tidak ada yang menyampaikan ada bullying, tapi kalau pernah ada penanganan psikiater itu ada memang, di tahun 2021," kata Kapolsek Wonocolo Kompol M Soleh, Sabtu (5/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Psikiater menyatakan memang ada depresi semenjak ditinggal kakeknya, itu di tahun 2021," imbuhnya.
Soleh lalu menjelaskan korban juga tidak bisa dikatakan sebagai korban bullying. Karena korban telah berusia dewasa.
Karena sudah bukan anak-anak. Sehingga, tidak bisa dikenakan pasal atau sangkaan perundungan atau bullying seperti halnya anak atau siswa sekolah yang menjadi korban bully.
"Bullying atau perundungan itu bahasa di bawah umur, kalau dewasa atau lex spesialis itu tidak ada," terang Soleh.
"Nah, korban (RD) kan dewasa, jadi bukan masuk dalam bullying, masuknya 310 KUHP atau penghinaan biasa dan kejadiannya dilakukan di depan khalayak serta harus ada saksi. sedangkan di kampus tidak ada saksi yang menyatakan itu bullying," tandas Soleh.
Sebelumnya, seorang mahasiswa Universitas Kristen Petra ditemukan tewas di jalanan areal kampus di Jalan Siwalankerto itu. Mahasiswa tersebut tewas diduga bunuh diri dari gedung Q.
"Lompatnya itu dari lantai 12," kata petugas BPBD Kota Surabaya, M Rozi, Selasa (1/10/2024).
PR Petra Christian University, Ajeng Dyah Puspitasari membenarkan bahwa mahasiswanya ditemukan meninggal dunia di kampus. Saat ini, penyelidikan masih dilakukan.
"Hari ini Selasa, 01 Oktober 2024 sekitar pukul 10.45 WIB salah satu mahasiswa kami ditemukan meninggal dunia di halaman kampus PCU," kata Ajeng.
(abq/iwd)