Haru Orang Tua Gantikan Mendiang Anaknya Wisuda di Untag Surabaya

Haru Orang Tua Gantikan Mendiang Anaknya Wisuda di Untag Surabaya

Esti Widiyana - detikJatim
Minggu, 01 Sep 2024 16:55 WIB
Orang tua mewakili mendiang anaknya menghadiri wisuda
Orang tua mewakili mendiang anaknya menghadiri wisuda Foto: Esti Widiyana
Surabaya -

Wisuda merupakan momen yang dinanti-nanti setelah melewati masa kuliah dan menuntaskan skripsi atau tugas akhir. Suasana haru dan bahagia lumrah menyelimuti prosesi wisuda di setiap perguruan tinggi. Namun, ada rasa haru yang berbeda pada wisuda ke-129 di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag).

Wisuda yang biasanya dihadiri wisudawan bersama orang tuanya, tak lagi bisa dirasakan Mustain (60) dan Marodik (54). Mereka berdua hadir di wisuda tanpa sang buah hati Birul Dzakiri (25) yang meninggal dunia tepat 41 hari lalu.

Menggantikan wisuda, Mustain dan Marodik membawa foto almarhum Birul ke atas panggung. Tangis pun tak bisa dibendung karena perasaan haru, sekaligus bangga dengan putranya yang bisa menuntaskan pendidikan sarjana jurusan Informatika, program studi Teknik Informatika, Fakultas Tenik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bangga anak saya bisa menyelesaikan kuliahnya. Sebelum sakit dibawa ke RS masih sempat ke kampus," kata Mustain, ayah Birul saat ditemui detikJatim di Untag, Minggu (1/9/2024).

Orang tua membawa foto mendiang anaknya di acara wisudaOrang tua membawa foto mendiang anaknya di acara wisuda Foto: Esti Widiyana

Mustain menceritakan, awalnya Birul mengeluh demam. Ia sempat dibawa ke mantri dan dokter, namun kesehatannya terus menurun sampai harus opname dan menjalani pemeriksaan lab.

ADVERTISEMENT

"Kemarin baru 40 hari. Nggak punya riwayat penyakit. Baru divonis setelah transfusi darah empat kantong, katanya infeksi darah," jelasnya.

Sementara dosen wali serta penguji Birul, Supangat menceritakan, pada saat bimbingan skripsi, masa siding, hingga menyelesaikan Yudisium tak ada keluhan kesehatan yang disampaikan mahasiswanya itu. Penelitian Birul untuk skripsinya juga disebut baik.

"Penelitian cukup baik karena mengangkat masalah di desanya untuk memilih bibit bebek, karena di Mojosari potensi telur bebek. Menguji kualitas telur bebek menetas dengan induk yang baik dengan sistem informasi dan algoritma. Penelitiannya sudah diterapkan. Dia aktif konsultasi," kata Supangat.

Supangat mengaku berkomunikasi terakhir dengan mendiang anak didiknya itu pada 23 Juli 2024. Tepatnya setelah sidang skripsi.

"Dia anaknya sederhana, nggak banyak macam, seperti mahasiswa umumnya, aktif di akademik, humble, ceria. Prestasi akademik, nilai-nilai juga bagus, sangat baik. Waktu dengan kami nggak ada keluhan, proses wisuda ada keluhan sakit dari keluarga," pungkasnya.




(ihc/irb)


Hide Ads