Cerita Korban Gempa Gunungkidul di Pacitan Terbentur Tembok gegara Panik

Cerita Korban Gempa Gunungkidul di Pacitan Terbentur Tembok gegara Panik

Purwo Sumodiharjo - detikJatim
Rabu, 28 Agu 2024 15:11 WIB
Korban gempa Gunungkidul di Pacitan.
Korban gempa Gunungkidul di Pacitan (Foto: Purwo Sumodiharjo/detikJatim)
Pacitan -

Endang Pujiastuti (54), terbaring lemah di salah satu kamar perawatan RSUD dr Darsono. Perban berwarna cokelat tampak membebat kedua pergelangan tangannya. Pun dengan kaki kanan bagian bawah hingga tumit juga tertutup perban. Sementara jarum infus terpasang di kaki kiri.

Meski mengaku sudah tidak terlalu merasakan sakit, namun Endang belum bisa banyak bergerak. Tindakan medis telah dilakukan di rumah sakit tersebut terhadap cedera patah tulang yang dialaminya usai gempa Gunungkidul, Senin (26/8/2024) malam.

"Alhamdulillah. Kemarin langsung tindakan. Ini tinggal ngilu aja," kata Endang lirih saat rombongan BPBD setempat datang membesuk, Rabu (28/8/2024) pagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sehari-hari Endang merupakan karyawati di fasilitas kesehatan milik Pemkab Pacitan. Pulang petang adalah hal biasa baginya, apalagi jika pekerjaan menumpuk. Pun malam hari sebelum gempa, dirinya baru tiba di rumah.

Usai membersihkan badan dan makan malam, Endang memilih rebahan di ruang keluarga. Di tempat itu terdapat pesawat televisi yang kerap ditonton sembari menunggu kantuk datang. Endang pun segera terlelap.

ADVERTISEMENT

"Dia tidur duluan di depan TV di ruang keluarga. Lah saya di ruang tamu, depan," tutur Hari Agustomo, suami Endang.

Tak lama berselang, Agus merasakan guncangan cukup keras. Pensiunan ASN itu bergegas membangunkan sang istri. Yakin istrinya sudah bangun dari tidur, Agus lantas membukakan pintu samping yang tembus ke garasi.

Rupanya, Endang memilih jalur lain. Dengan kondisi kesadaran yang belum pulih benar, ia berjalan setengah lari keluar melalui ruang tamu pintu depan. Diduga panik, Endang justru menabrak tembok hingga terjatuh.

"Kepala saya kena tembok, terus kedua tangan saya gunakan untuk tumpuan badan," kenang Endang yang juga mengalami memar di kepala akibat kejadian tersebut.

Awalnya hanya tampak luka memar pada pergelangan tangan kanan dan kiri Endang. Namun, setelah Agus memeriksanya lebih teliti, ternyata juga ditemukan kondisi serupa pada pergelangan kaki kanan. Agus lantas membawa istrinya ke rumah sakit.

"Ketahuan patah tulang setelah dilakukan rontgen di rumah sakit," papar Agus yang mendampingi istrinya selama perawatan.

Tak hanya Endang, seorang pasien lain juga masih menjalani perawatan di RSUD dr Darsono akibat patah tulang pascagempa Gunungkidul. Remaja 15 tahun itu diketahui masih duduk di bangku kelas 3 salah satu SLTP. Secara umum kondisinya cukup baik.

Kepala Pelaksana BPBD Pacitan Erwin Andriatmoko mengaku ikut berempati atas adanya korban cedera akibat bencana alam tersebut. Apa yang terjadi, menurutnya, mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan bencana mulai level masyarakat hingga tingkat keluarga.

Hal tersebut harus diawali dengan pemahaman yang cukup terhadap kebencanaan. Termasuk di antaranya membiasakan budaya mitigasi serta menghindarkan kepanikan. Berkaitan isu gempa megathrust, Erwin mengimbau masyarakat tenang, sekaligus menjadikannya momen untuk menguatkan kesiapsiagaan.

"Intinya kalau ada gempa kita tidak boleh panik. Termasuk sebelumnya harus mengenali jalur-jalur evakuasi untuk keluar dari rumah. Tentu saja ini menjadi pekerjaan rumah kita semua untuk menjadikannya bagian dari kebiasaan hidup," pungkas Erwin yang pernah menjabat Camat Tegalombo.




(irb/iwd)


Hide Ads