9 Tips Pemulihan Trauma Korban KDRT dari Akademisi UM Surabaya

9 Tips Pemulihan Trauma Korban KDRT dari Akademisi UM Surabaya

Esti Widiyana - detikJatim
Minggu, 18 Agu 2024 15:55 WIB
Ilustrasi kdrt
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/Prostock-Studio)
Surabaya -

Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami selebgram Cut Intan Nabila hingga kini masih mencuri perhatian. Menikah dengan suaminya Armor Toreador Gustifante sejak 2020, selebgram itu ternyata menjadi korban KDRT. Anaknya yang baru berusia kurang lebih satu bulan turut jadi korban.

Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga menjadi masalah serius bagi kesehatan mental para korban. Tidak terkecuali anak yang masih balita.

Dosen Keperawatan Jiwa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Uswatun Hasanah menjelaskan dampak fisik dari KDRT bisa diobati dengan melakukan pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dampak psikis seperti trauma bisa menjadi dampak menetap yang kapanpun bisa kambuh jika berada dalam situasi serupa, sehingga memicu munculnya ingatan dan pengalaman tidak menyenangkan saat mengalami KDRT.

"Trauma merupakan kondisi yang sulit untuk disembuhkan, butuh waktu yang lama bahkan bertahun-tahun agar korban kekerasan dapat betul-betul terlepas dari rasa traumanya. Oleh sebab itu perlu segera dilakukan penanganan maupun pendampingan psikologis bagi korban KDRT agar tidak mengalami stress pasca trauma," kata Uswatun, Minggu (18/8/2024)

ADVERTISEMENT

Uswatun pun membagikan sejumlah tips yang bisa dilakukan dalam mendampingi proses pemulihan kondisi psikis korban yang baru mengalami KDRT.

Tips Pemulihan Trauma Korban KDRT

1. Mengamankan Diri

Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk menghindari dampak kekerasan yang semakin luas ialah dengan mengamankan diri ke tempat aman. Termasuk dalam hal menjauhkan diri dari pelaku, sehingga perilaku KDRT tidak berlanjut.

2. Mencari Dukungan

Dukungan penuh dari orang terdekat adalah salah satu faktor yang dapat menguatkan secara diri terutama secara psikis.

3. Bercerita

Menceritakan peristiwa yang dialami merupakan salah satu bentuk terapi. Tentu saja saat memutuskan untuk bercerita kita memilih orang yang tepat yang bisa dipercaya.

"Bercerita dapat dilakukan pada orang tua, sahabat, kelompok pendukung, maupun terapis," ujarnya.

4. Menulis

Menulis merupakan salah satu bentuk pemulihan yang dapat dilakukan jika belum siap menceritakan pengalaman atau kondisi traumatis yang dialami, dengan menulis tekanan emosi bisa tersalurkan sehingga stres berkurang.

5. Mencari atau bergabung dalam kelompok pendukung

Bergabung dalam kelompok pendukung dapat membantu dalam memulihkan trauma, karena seseorang akan menyadari bahwa ia tidak sendiri, dan ada orang lain yang mengalami hal yang sama dan saling memberikan dukungan satu sama lainnya.

6. Melatih Diri atau Belajar Tentang Seluk Beluk KDRT dan Cara Mengatasinya

Pengetahuan yang cukup terkait kekerasan dan penanganan sangat diperlukan. Hal tersebut akan sangat membantu jika suatu saat berada dalam situasi yang sama.

"Sehingga tahu apa yang harus dilakukan, siapa yang harus dihubungi atau bahkan cara memberikan kode atau tanda bahwa saat ini sedang mengalami kekerasan dan butuh pertolongan," jelasnya.

7. Melakukan Kunjungan ke Profesional Kesehatan Mental

Korban KDRT perlu secara berkala datang ke tempat profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater untuk mendapatkan terapi tambahan lain sehingga membantu mempercepat proses pemulihan.

8. Latihan Mengontrol Trauma Secara Bertahap

Saat ada pemicu trauma, upayakan untuk mampu mengontrol gejala trauma yang muncul secara mandiri dengan teknik relaksasi, distraksi, meditasi, atau bahkan melakukan aktivitas yang digemari. Hal tersebut dapat mengalihkan fokus anda terhadap ingatan berkaitan ddengan peristiwa traumatis.

9. Kembali Membangun Koneksi

Rasa trauma akan membuat seseorang menjadi tidak percaya dengan orang-orang dan lingkungan sekitar sehingga seseorang menarik diri dari lingkungan sosial.

"Rasa trauma dan peristiwa traumatis perlahan dapat ditangani atau dikontrol, mulai lah menjalin hubungan kembali dengan lingkungan sosial yang membuat nyaman. Koneksi yang dibangun kembali memungkinkan seseorang mendapatkan dukungan dan dapat mengalihkan ingatan dari peristiwa traumatis," pungkasnya.




(dpe/fat)


Hide Ads